Ghosn In The Box

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
0 Komentar

Pengacara Ghosn tentu marah. Baru kali ini punya klien yang mbeling seperti Ghosn.

Tapi sang pengacara berusaha memahami apa yang terjadi.

Menurut pengacara itu ada dua hal yang membuat Ghosn memutuskan lari.

Pertama, larangan bertemu istri di saat liburan Natal.

Kedua, adanya keterangan pers kejaksaan yang aneh. Jaksa mengatakan peradilan Ghosn itu akan memakan waktu bertahun-tahun.

Baca Juga:Jadi Pelaku Perkosaan terhadap Para Pria Terbesar di Inggris, Reynhard Sinaga Dibui Seumur HidupTewasnya Jenderal Qasem Soleimani, Kedubes Iran Di Jakarta Sebut Aksi Terorisme Berbasis Negara

Dua motif itu adalah hasil analisa pengacara. Setelah mendengarkan keluhan Ghosn selama itu.

Di hari Natal itu Ghosn hanya bisa bicara dengan istrinya lewat telepon. Video call. Atas izin pengadilan. Dan harus Didengarkan oleh pengacara.

Di akhir pembicaraan, kata sang pengacara, Ghosn mengucapkan ‘I love you‘.

Cinta Ghosn pada Carole –yang dikawini setelah empat tahun bercerai dengan istri pertama– luar biasa.

Belum pernah Ghosn merayakan Natal sendirian –tanpa keluarga. Apalagi di tahanan rumah.

Soal keterangan pers kejaksaan itu sang pengacara menilai tidak tepat. Mengapa yang seperti itu bisa dibocorkan.

Itu membuat wajah peradilan Jepang tercoreng.

Sang Pengacara sudah memberikan keyakinan pada Ghosn bahwa ia pasti bebas. Perkara ini sangat minim bukti. Kalau toh ada kesalahan mestinya lewat proses denda.

Baca Juga:Tahu Betul Bobroknya Praktik Proses Peradilan, Rohadi Siap Jadi Justice CollaboratorMemanas, Iran Siapkan Kado Rp1,12 Trilun untuk Kepala Donald Trump

Tapi begitu mendengar proses peradilan ini akan berlangsung bertahun-tahun, Ghosn merasa mendapat perlakuan tidak adil.

Sejak itulah rupanya Ghosn merencanakan sesuatu yang out of the box –dengan cara go in to the box.

Ghosn pun tahu kamera di rumahnya memang terpasang 24 jam. Tapi tidak terhubung ke sentral pengawasan.

Menurut putusan pengadilan rekaman kamera itu hanya wajib disetorkan ke pengadilan sebulan sekali.

Begitulah bunyi putusannya. Yakni saat pengadilan mengabulkan permintaan Ghosn agar ditahan rumah. Dengan jaminan uang lebih Rp 100 miliar itu.

Bunyi putusan itu memang aneh. Bahkan mengabulkan penjaminan pun sangat aneh. Di Jepang memang berlaku sistem penjaminan tapi hampir tidak pernah terjadi.

Begitu Ghosn tahu sistem kameranya seperti itu ia merasa mendapat jalan out of the box.

Lalu menghubungilah perusahaan security swasta itu. Yang tim pelaksananya dari berbagai negara.

0 Komentar