Impeachment

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
0 Komentar

AWALNYA terlihat seperti biasa saja. Juga seperti tidak ada hubungan dengan taktik seorang presiden: Bantuan Rp 6 triliun dibekukan.

Direktur keamanan Eropa meletakkan jabatan.

Direktur nasional intelijen mengundurkan diri. Tepatnya, diminta mundur.

Ternyata semua itu terkait. Baru ketahuan minggu lalu.

Setelah transkrip omongan dua presiden itu bocor.

Yakni transkrip pembicaraan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Yang berbuntut serius: Presiden Trump di-impeach. Yang prosesnya pun sudah dimulai minggu lalu.

Semua itu bermula tanggal 13  Agustus lalu.

Baca Juga:Google Doodle Semarakkan Hari Batik NasionalSuasana Aksi BEM Indonesia di Depan Gedung DPR/MPR RI

Hari itu seseorang yang menyebut dirinya ‘Peniup Peluit’ mengirim surat rahasia. Sebanyak 9 halaman. Itu sebagai kewajiban dinasnya. Agar kelak tidak disalahkan.

Isinya: “Saya mendapat informasi dari beberapa staf di pemerintahan bahwa Presiden Amerika Serikat menggunakan kekuasaannya untuk mengundang intervensi asing ke dalam proses Pemilu 2020”.

Si Peniup Peluit hanya memperkenalkan diri sebagai orang yang pernah menjadi staf di Gedung Putih.

Ia juga mengaku pernah berdinas di badan intelijen Amerika, CIA.

Selebihnya ia merahasiakan identitas dirinya.

Si Peniup Peluit mengaku apa adanya: ia bukan orang yang mengalami sendiri peristiwa itu. Ia hanya mendengar informasi tersebut.

Namun ia mengatakan informasinya itu terpercaya. Ia sendiri sudah menanyakannya ke beberapa staf yang terkait. Pendapat mereka sama: telah terjadi pelanggaran hukum oleh seorang presiden.

Yang mendapat kiriman surat itu adalah:

1. Richard Burr, senator dari North Carolina. Dari Partai Republik. Separtai dengan Trump.

2. Adam B Schiff, Anggota DPR dari California. Ia dari Partai Demokrat.

3. Ketua Komite Intelijen Kongres.

Baca Juga:Penampakan Cincin Matahari, BMKG: Fenomena Halo MatahariPolisi Dalami Video Viral Dugaan Penculikan Warganet Ninoy Karundeng

13 hari kemudian, 26 Agustus, surat itu diteruskan ke satu instansi intelijen. Secara resmi. Untuk mendapatkan klarifikasi.

Instansi yang dikirimi surat tersebut menjawab: pembicaraan telepon tanggal 25 Juli tersebut akurat.

Mengapa hari itu Trump menelepon Zelensky?

Hanya Tuhan yang tahu.

Trump sebenarnya juga tahu –tapi ia tidak mengaku isinya seperti itu.

Versi elektronik pembicaraan itu sudah tidak ada di tempatnya. Sudah dipindah secara khusus ke kelompok ‘dokumen rahasia’.

Pemindahan dokumen itu sendiri menimbulkan masalah. Harusnya hanya dokumen yang membahayakan keamanan negara yang bisa dipindah.

0 Komentar