Jokowi Umumkan Ada Sejumlah Daerah Kurang Bahan Pangan dari Beras hingga Telur Ayam

Jokowi Umumkan Ada Sejumlah Daerah Kurang Bahan Pangan dari Beras hingga Telur Ayam
Pekerja memanen padi dengan traktor di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (9/4/2020). (Foto: ANTARA)
0 Komentar

  • Menjaga panen raya beras;
  • Bulog membeli gabah petani dengan harga yang pantas;
  • Kementerian dan lembaga terkait mengantisipasi kemarau panjang di musim panen selanjutnya.

Terakhir, Jokowi mengingatkan jajarannya agar memastikan kelompok petani menjalankan protokol kesehatan, serta memberi stimulus supaya mereka bisa berproduksi dengan baik.

Distribusi Silang

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto kemudian menyatakan pemerintah akan mengatasi masalah itu dengan distribusi silang.

“Cadangan beras stok nasional itu ada 6,3 juta (ton). Dan tentunya bagi provinsi yang terbatas nanti Perum Bulog akan memasok stok tersebut,” kata Menko Airlangga dalam konferensi pers daring, Selasa (28/4/2020).

Baca Juga:Indonesia Utang ke Sejumlah Bank Internasional untuk Tangani Pandemi Corona, Total Rp 11,5 TriliunPandemi Corona Picu Kerawanan Pangan Akut, Ini Negara yang Risiko Tinggi Krisis Pangan

“Di dalam negeri sendiri, seperti di Temanggung sudah mulai panen. Dan tentunya akan ada distribusi dari daerah panen ke daerah kurang stok,” ujarnya lagi.

Menurut Menko Airlangga, stok komoditas nasional yang saat ini bisa distribusikan ke daerah-daerah yang kekurangan adalah:

  • Jagung: 1,4 juta ton
  • Cabai besar: 12.641 ton
  • Cabai rawit: 26.353 ton
  • Bawang merah: 1,3 juta ton
  • Telur ayam: 46.413 ton
  • Daging ayam: 154.763 ton
  • Daging sapi: 133,944 ton

Bawang Putih dan Gula akan Diimpor

Khusus untuk stok bawang putih dan gula, pemerintah akan berupaya menutupi kekurangannya dengan mengimpor.

Menko Airlangga mengatakan pemerintah sudah melakukan impor bawang putih cukup banyak, namun saat ini yang terealisasi baru sekitar 72,400 ton.

“Untuk gula pasir, Perum Bulog sudah mengontrak sebesar 51.300 ton dan diharapkan dari jumlah tersebut ada yang 21.000 ton adalah impor dan 29.000 ton dari pabrik gula dalam negeri,” kata dia.

“Kemudian pengalihan gula rafinasi sebanyak 191.762 ton dan ini adalah masalah repackaging dan izin peredaran. Sehingga akan ada 182.762 ton yang akan masuk ke pasar,” lanjutnya. (*)

0 Komentar