Kebebasan Pers dalam Bahaya, Surat Kabar Australia Hitamkan Tulisan Halaman Depannya

Kebebasan Pers dalam Bahaya, Surat Kabar Australia Hitamkan Tulisan Halaman Depannya
0 Komentar

JAKARTA-Hampir seluruh surat kabar di Australia menghitamkan tulisan di halaman depannya pada awal pekan ini seperti dokumen pemerintah rahasia yang telah disensor.

Senin (21/10), mulai dari The Australian, The Sydney Morning Herald, The Daily Telegraph, hingga Australian Financial Review melakukan kampanye melawan kerahasiaan dan peraturan pemerintah yang menempatkan pelaporan dan kebebasan pers dalam bahaya.

Dimuat Al Jazeera, kampanye ini dirancang untuk memunculkan tekanan publik kepada pemerintah agar membebaskan jurnalis dari undang-undang yang membatasi akses ke informasi sensitif, memberlakukan sistem informasi yang berfungsi dengan baik, dan meningkatkan tolak ukur untuk tuntutan hukum pencemaran nama baik.  Selain menghitamkan halaman depannya, terdapat juga cap merah “Secret” dan sebuah iklan pertanyaan,”Ketika pemerintah menyembunyikan kebenaran dari Anda, apa yang mereka tutupi?”

Baca Juga:Berkemeja Putih, Wishnutama dan Erick Thohir Dipanggil JokowiSamsung Galaxy Watch Active2 Bikin Kamu Sehat dan Milenial

“Ini tentang mempertahankan hak dasar setiap warga Australia untuk mendapat informasi yang benar tentang keputusan penting yang dibuat pemerintah atas nama mereka,” kata Kepala Eksekutif Nine, Hugh Marks. 

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Eksekutif News Corp Australasia, Michael Miller yang mengatakan orang “harus selalu curiga terhadap pemerintah yang ingin membatasi hak mereka untuk mengetahui apa yang terjadi”.  

Meski demikian, Menteri Komunikasi Australia, Paul Fletcher belum memberikan komentar perihal kampanye media ini.

Sejak tahun ini, media Australia memang mendapatkan sorotan. Puluhan jurnalis dan media Australia dihukum karena meliput sidang mantan bendahara Vatikan, Kardinal George Pell yang dinyatakan bersalah atas tuduhan pelecehan seksual terhadap anak. 

Setelah itu, pada Juni lalu, polisi menggerebek kantor pusat ABC dan rumah editor News Corp yang dicurigai menerima dokumen rahasia nasional yang membuat 9.000 file komputer. Alhasil, kejadian ini memicu kecaman internasional. (*)

0 Komentar