Kematian Du Wei di Tengah Ketegangan AS-China, Benarkah Adanya Konspirasi?

Kematian Du Wei di Tengah Ketegangan AS-China, Benarkah Adanya Konspirasi?
Du Wei
0 Komentar

Klaim khas teori konspirasi ini memang tidak berasal dari pegiat konspirasi. Dalam wawancara dengan surat kabar Israel Makor Rishon bulan lalu, Du Wei mengatakan China telah dijadikan kambing hitam dunia.

“Dalam sejarah, lebih dari sekali, sekelompok orang tertentu dituduh menyebarkan pandemi,” katanya.

“Itu tidak bisa diterima dan harus dikecam. Penyakit ini adalah musuh seluruh umat manusia dan dunia harus melawannya bersama.”

Baca Juga:Penyebab Kematian Dubes China untuk Israel di Tel Aviv Masih MisteriDubes China Meninggal Dunia di Rumah Dinas Tel Aviv Israel

Pada Jumat (15/5/2020) Kedubes China di Israel melontarkan komentar pedas kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang mengkritik penanganan China terhadap pandemi virus corona, saat berkunjung ke Israel.

Dalam tanggapan yang dipublikasikan di Jerusalem Post, kedutaan yang dipimpin Du Wei itu mengecam “komentar tidak masuk akal” Pompeo, dan menyangkal China telah menutup-nutupi krisis ini.

Inilah kenapa kemudian banyak orang percaya teori konspirasi, adalah upaya untuk menjelaskan peristiwa yang berbahaya atau tragis sebagai hasil dari tindakan kelompok kecil yang kuat.

Kelangsungan hidup teori konspirasi dapat dibantu oleh bias psikologis dan ketidakpercayaan terhadap sumber-sumber resmi. Demikian sebagaimana ditulis Britanicca.

Teori konspirasi sama tuanya dengan waktu, tetapi baru beberapa tahun belakangan ini para psikolog mulai mengurai kepercayaan yang dimiliki sebagian orang.

Menurut peneliti Goertzel (1994), teori konspirasi adalah penjelasan yang merujuk pada kelompok tersembunyi yang bekerja secara rahasia untuk mencapai tujuan jahat. Demikian sebagaimana ditulis Business Insider.

Senada, kamus Cambridge mengartikan konspirasi sebagai “aktivitas bersama orang lain untuk secara rahasia merencanakan sesuatu sesuatu yang buruk atau ilegal”. Konspirasi bisa dilakukan siapa saja. Bukan hanya elite negara, siapapun bisa berkonspirasi, misalnya untuk menggulingkan kekuasaan, mengubah kehidupan masyarakat, atau mengarahkan pemerintahan sesuai cita-cita yang dituju kelompok yang bersangkutan. Upaya untuk menerangkan konspirasi itu disebut teori konspirasi.

Baca Juga:MUI dan DMI DKI Jakarta Serukan Soal Takbiran dan Salat Idul Fitri 1441 HijriahKritik Konser BPIP, Rachland Nashidik: Temukan Harun Masiku dan Duit Negara Jangan Dibuang-buang

Teori konspirasi biasanya berkembang dalam situasi sosial dan politik yang serba tidak pasti, dari perang, krisis politik, krisis ekonomi, bencana alam, atau pandemi. Tak heran jika teori konspirasi muncul di masa penyebaran COVID-19.

Studi Karen M. Douglas, Robbie M. Sutton, dan Aleksandra Gichocka bertajuk “The Psychology of Conspiracy Theories” yang terbit di Current Directions in Psychological Science (2017) menunjukkan bahwa teori konspirasi biasanya berusaha mengungkap tindakan-tindakan yang disembunyikan dari publik. Elemen cerita dalam teori konspirasi juga bertumpu pada aktor tunggal yang umumnya digambarkan selalu berhasil mencapai tujuan-tujuannya.

0 Komentar