Maulina Moli

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
0 Komentar

Tidak sembarangan. Dia pelajari semua seluk beluk sedot lemak. Kali ini dia cukup waspada. Di Surabaya ada kasus besar. Tokoh tinju Surabaya meninggal karena sedot lemak di Singapura. Namanya Aseng. Teman baik saya juga.

“Kami putuskan sedot lemaknya akan bertahap,” ujar Maulina. “Tahap pertama hanya 12 Kg. Disesuaikan dengan total berat badan. Tidak boleh melebihi prosentasi tertentu,” tambahnya.

Dia tidak mau jadi Aseng kedua.

Sedot lemak pun dilakukan di Surabaya. Di salah satu rumah sakit pusat kota.

Baca Juga:Bank Dunia Catat Pembelajaran Siswa di Indonesia Masih RendahKembalinya Dinasti Politik Indonesia?

Penyedotan selesai. “Saat dilakukan penyedotan itu sakitnya bukan main,” kata Maulina.

Tapi yang lebih sakit lagi adalah setelah penyedotan. Seluruh bagian perutnyi tidak lagi membiru. Tapi menghitam.

Bagian perut itu harus dibebat kencang. Agar rongga yang terjadi setelah penyedotan bisa rapat kembali.

“Dipegang saja bukan main sakitnya. Apalagi harus dibebat kencang. Menderita sekali,” ujar Maulina.

Bebat itu pun dibuka. Maulina tidak kuat lagi. Enam hari dia di rumah sakit. Bentuk bagian perutnyi lebih rusak lagi. Seperti jalan rusak. “Ada bentuk seperti mangkok di pusar saya,” katanyi.

Maulina wanita cerdas. Dia pelajari banyak sekali bahan terkait obesitasnya.

Akhirnya dia tahu jalan yang benar: harus lebih bersabar. Jangan terlalu dipaksa. Tapi konsisten. Tidak ada jalan pintas di bidang itu.

Maulina mencari trainer yang seperti itu.

Ketemu.

Sang trainer tiga kali seminggu datang ke rumah Maulina. Di Sutorejo, Surabaya timur. Yang diajarkan pun sangat ringan: hanya mengangkat tangan. Sambil duduk.

Baca Juga:Goo Hara Tak Sendiri, 40% Seleb Korea juga Ingin Bunuh DiriPenyanyi Korea Goo Hara Dikabarkan Tewas di Rumahnya

Gerakan pertamanya sangat berat. Tapi dia suka. Tidak dipaksakan. Sekuatnya saja.

Kian lama kemampuan mengangkat tangannyi bertambah. Kian ringan. Kiat cepat.

Barulah ditambah gerakan-gerakan lain. Yang juga dimulai dari sangat ringan.

Maulina melakukannya dengan senang. Apalagi dia bisa merasakan ada kemajuan. Biar pun kemajuan kecil. Misalnya jumlah angkat tangannyi bertambah.

Kemajuan kecil menggeret kemajuan besar. Begitulah hukumnya.

Kemajuan yang paling membahagiakannya adalah ketika Maulina bisa mengikat tali sepatu. Bagi orang lain ikat sepatu mungkin barang sepele. Bagi Maulina itu tambahan motivasi yang sangat besar.

0 Komentar