Media Australia Peroleh Data 2 Juta Anggota Partai Komunis China Jadi Spionase

Presiden China Xi Jinping mendapat tepuk tangan saat ia berjalan ke podium untuk menyampaikan pidatonya pada upacara pembukaan Kongres Partai ke-19 yang diadakan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China, Rabu, 18 Oktober 2017. (Foto: AP Photo)
0 Komentar

JAKARTA-The Australian, media terkemuka dari Australia, telah memperoleh database sekitar 2 juta anggota Partai Komunis China (PKC). Kebocoran ini belum pernah terjadi sebelumnya oleh standar mana pun, karena cenderung mengungkapkan bagaimana anggota PKC diduga telah “melekat” dengan perusahaan-perusahaan terbesar di dunia, termasuk bank, kontraktor pertahanan, dan perusahaan farmasi.

Informasi yang bocor itu memiliki semuanya (posisi partai anggota PKC, tanggal lahir, nomor KTP, dan etnis) dengan 79.000 cabang, banyak di antaranya di dalam perusahaan, universitas, dan bahkan lembaga pemerintah.

Di antara perusahaan yang diidentifikasi memiliki anggota PKC sebagai karyawan mereka adalah produsen seperti Boeing dan Volkswagen, raksasa obat Pfizer dan AstraZeneca, dan lembaga keuangan termasuk ANZ dan HSBC, menurut laporan itu.

Baca Juga:Media Turki: Memasuki Tel Aviv dalam 48 JamBareskrim Polri Ungkap 6 Laskar FPI Masih Berstatus Terlapor Belum Tersangka

Catatan keanggotaan juga menunjukkan bahwa PKC telah menyusup ke konsulat Australia, Inggris, dan AS di Shanghai, di mana Departemen Luar Negeri dan Perdagangan AS menggunakan agen pemerintah China, Departemen Layanan Badan Luar Negeri Shanghai, untuk mempekerjakan staf lokal.

“Ini diyakini sebagai kebocoran pertama di dunia,” ujar jurnalis The Australian dan pembawa acara Sky News Sharri Markson. “Apa yang menakjubkan tentang database ini, tidak hanya mengekspos orang-orang yang menjadi anggota Partai Komunis, dan yang sekarang tinggal dan bekerja di seluruh dunia, dari Australia, AS, hingga Inggris, tetapi juga luar biasa karena mengungkap tentang bagaimana PKC beroperasi di bawah Presiden dan Ketua Xi Jinping.”

Data tersebut dikatakan telah diambil dari server di Shanghai pada 2016, yang disebut-sebut digunakan oleh para pembangkang China, untuk tujuan kontraintelijen mereka, tulis EurAsian Times.

Kebocoran data ini bisa berdampak sangat serius bagi China. Beijing belum memverifikasi atau membantahnya. Tapi, kampanye yang ketat untuk mengisolasi China pasti akan datang segera karena, selama fase awal COVID-19, China memiliki ‘sentimen yang tidak menguntungkan’ yang dilaporkan dari sekitar 70% warga dari banyak negara seperti Inggris, AS, Swedia, Spanyol, Kanada, dll, menurut laporan PewResearch pada Oktober 2020.

Yang paling mengejutkan adalah, dunia bahkan tidak tahu siapa yang merupakan anggota PKC, tetapi setelah pengungkapan ini, rahasia spionase China bertebaran.

0 Komentar