Membaca Riwayat Gerakan Anarko

Membaca Riwayat Gerakan Anarko
Seorang peserta aksi May Day 2019 menempel pamflet di sebelah simbol Anarko-Sindikalis, Karawang, Jawa Barat (1/5/2019) (Foto: ANTARA/M Ibnu Chazar/ama).
0 Komentar

JAKARTA-Polisi telah menangkap lima anggota kelompok Anarko yang melakukan aksi vandalisme di Kota Tangerang. Hingga kini polisi masih menyelidiki  otak di balik kelompok tersebut yang diduga akan membantu melancarkan rencana aksi vandalisme di Pulau Jawa pada 18 April 2020.

“Sementara ini masih didalami terus oleh tim, apakah kemungkinan ada aktor di belakangnya atau yang membiayai (kelompok anarko),” kata Kabid Humas Polda Metri Jaya, Kombes Yusri Yunus kepada wartawan, Senin (13/4).

Meski demikian, Yusri menjelaskan, kelompok Anarko biasanya melakukan koordinasi melalui media sosial untuk merencanakan aksi vandalisme. Menurut dia, kelompok tersebut tidak memiliki struktur kepemimpinan.

Baca Juga:Bogor, Depok dan Bekasi PSBB, Ini Isi Peraturan yang Diteken Ridwan KamilKisah Haru, Seorang PDP Dinyatakan Sembuh Bertepatan dengan Hari Ulang Tahunnya

“Anarko itu kan memang tidak terstruktur. Mereka ada dalam satu grup, tapi pergerakannya sama menggunakan media sosial yang ada,” ungkap Yusri.

Dalam acara Instagram live oleh Historia.id, penulis buku-buku filsafat, Martin Suryajaya menjelaskan secara ringkas tentang Anarkisme. Acara tersebut dipandu oleh Pemimpin Redaksi Historia, Bonnie Triyana.

https://www.instagram.com/p/B-4CmERhgnt/?igshid=chsaze3kvb37

Secara harfiah, Martin menjelaskan bahwa Anarkisme berasal dari bahasa Yunani yakni archein berarti akar. Paham ini secara umum menolak segala sesuatu yang berakar pada hierarki. Secara lebih lengkapnya, pemikiran Anarkisme lahir di abad ke-19, walau jauh sebelum era modern pemikiran sejenis sudah ada.

“Pierre-Joseph Proudhon, dia yang pertama kali mencetuskan istilah anarkis itu dalam bahasa Perancis,” ujar Martin dalam acara tersebut.

Berbarengan dengan Proudhon, kata Martin, ada para pemikir Anarkisme lain dengan tendensi yang berbeda-beda. Seperti Henry David Thoreau dari Amerika Serikat dan Max Stirner dari Jerman. Tiga tokoh ini disebut Martin punya peran penting dalam pemikiran Anarkisme.

Menurut Martin, Henry David Thoreau merupakan tokoh Anarkisme Hijau. Paham ini memberikan penekanan khusus terhadap lingkungan. Pembebasan tidak hanya menyangkut individual melainkan juga alam.

“Thoreau itu dalam praktik hidupnya memang seperti itu, dia hidup sendiri di kabin,” kata Martin.

Baca Juga:Data Dibuka, Terdapat 10.482 PDP Covid-19 di IndonesiaJubir Penanganan COVID-19: 60 Orang Meninggal, Tingkat Kematian 9,49%

Di sisi lain, Max Tilner justru mengedepankan Anarkisme yang mengedepankan kedaulatan individual. Segala hal yang membatasi atau mengkrangkeng kedaulatan individu harus ditolak.

0 Komentar