Mengapa Kami Menolak Mendikbud dari CEO Gojek? 

Mengapa Kami Menolak Mendikbud dari CEO Gojek? 
CEO (Chief Executive Officer) Gojek, Nadiem Makarim (IST)
0 Komentar

Kami ini dari kalangan akademisi, dituntut pendidikan S.1 hingga S.3 linear prodinya. Belum lagi, kami harus punya NIDN untuk bisa diakui menjadi dosen aktif, harus aktif mengajar, dan tentu harus ada institusi atau lembaga perguruan tinggi yang harus kami berafiliasi di dalamnya.

Sebagai dosen yang ingin berprestasi dan bersertifikasi, kami harus punya kemampuan bahasa asing -minimal satu penguasaan bahasa asing secara verbal aktif- dan kemampuan menulis dalam bahasa asing pula, sesuai dengan kaidah dan aturan jurnal ilmiah berstandar Internasional. Ini tentu tidak mudah dilakukan oleh semua orang di negeri ini, Pak!

Kami juga harus aktif menulis jurnal ilmiah di level nasional maupun internasional untuk mendapatkan nilai KUM kenaikan jabatan fungsional. Selain punya karya tulis ilmiah dalam bentuk buku yang ber-ISBN di bidang penguasaan keilmuan yang kami kuasai.

Baca Juga:Menilik Calon Kepala BINDisebut Amran Ada Mafia Data, Ini Penjelasan BPS

Untuk bisa ikut Konferensi Internasional, baik prosiding maupun diterima di Scoupos kami harus menyediakan sejumlah fee register yang tidak sedikit ratusan dollar atau puluhan juta rupiah. Semua itu berbayar, tidak ada yang gratisan. Jarang pun kalau ada yang gratisan.

Sedangkan gaji kami yang cukup pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari. Beasiswa juga tidak mudah didapatkan meski bagi kami yang aktif menulis dan berprestasi dalam dunia akademis. Saya rasa perlu ada “Orang Dalam” untuk bisa mudah mendapatkan beasiswa atau perlu punya donator khusus. Ini realitas dan empiris yang kami temui di dunia kami.

Semua itu persyarat dan jenjang yang harus kami tempuh sebagai seorang akademisi profesional, hingga bisa sampai ke jenjang professor.

Dan pada akhirnya, jika memang beruntung kami bisa mencapai posisi jabatan sesuai kualifikasinya dalam jabatan lembaga pendidikan yang kami dipegang untuk menentukan arah pendidikan terbaik sesuai keilmuan dan pengalaman kami. Itu proses yang panjang dan tidak mudah yang harus dilewati, Pak!

Belum lagi waktu yang tersita untuk mengajar, menulis, membaca, menganalisa, meneliti hingga pengabdian masyarakat dalam keikutsertaan aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang menjadi bagian yang dituntut dalam kewajiban Tri Dharma Pendidikan kita, Pak.

0 Komentar