Muslim di Barcelona Buka Puasa dan Tarawih di Gereja Katolik Santa Anna

Muslim di Barcelona Buka Puasa dan Tarawih di Gereja Katolik Santa Anna
Seorang pria memotret dengan ponsel, saat iftar Ramadan di gereja Santa Anna, Barcelona, Spanyol,. (Foto: Reuters)
0 Komentar

BERITA-Suara azan terdengar berkumandang di Gereja Katolik Santa Anna di Barcelona. Ya, di gereja, bukan di masjid.

Selama Ramadan, gereja itu memang menjadi tempat berkumpul komunitas Muslim Barcelona. Mereka menyelenggarakan iftar dengan menghadirkan makanan buatan sendiri untuk disajikan kepada sesama Muslim.

Setiap malam ada sekitar 50 hingga 60 Muslim hadir di gereja tua itu, dan kebanyakan dari mereka adalah tunawisma. Mereka berbuka puasa bersama, dan kemudian menjalankan salat Tarawih. Beberapa sukarelawan gereja juga hadir membantu penyelenggaraan acara tersebut.

Baca Juga:Warga Muslim di Berlin Jalani Tes Covid-19 Sebelum Salat JumatIni Detail ‘Maqam Ibrahim’, Perlihatkan Jejak Nabi Dalam Resolusi Tinggi

Kegiatan Muslim di Gereja Santa Anna ini merupakan gagasan Faouzia Chati, presiden Asosiasi Perempuan Maroko di Catalonia. Ia dan rekan-rekannya dari asosiasi itu biasa menyelenggarakan acara seperti itu di ruang-ruang tertutup di Barcelona.

Namun, pembatasan berkumpul di dalam tempat-tempat tertutup memaksanya untuk mencari ruang alternatif dengan ventilasi yang baik dan ruang untuk menjaga jarak.

Kebingungannya ini didengar Pastor Peio Sanchez, pemimpin Gereja Santa Anna. Ia memenuhi permintaan Chati untuk menggunakan gerejanya untuk kegiatan Muslim.

Faouzia Chati mengatakan, “Orang-orang sangat senang umat Islam bisa berbuka puasa di gereja Katolik, karena agama berfungsi untuk mempersatukan, bukan untuk memisahkan kita.

Pastor Sanchez setuju dengan Chati. Ia memandang kehadiran Muslim di gereja sebagai lambang koeksistensi beragama.

“Pertemuan agama bisa menjadi cara untuk menunjukkan koeksistensi sipil bahwa meskipun memiliki budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, agama yang berbeda, kami lebih mampu duduk dan berbicara daripada kebanyakan politisi, yang pada akhirnya lebih banyak berbicara tentang apa yang membedakan mereka, daripada apa yang bisa mempersatukan kita,” jelasnya.

Lamin Mane, seorang Muslim asal Senegal, yang menjadi sukarelawan dalam kegiatan itu, bersyukur dengan adanya kegiatan ini.

Baca Juga:Truk Susu Terjun ke Sungai dengan Ketinggian 30 Meter, Begini Nasib Si SopirBegini Penampakan SIM STNK Mobil Dinas Milik Jenderal Kekaisaran Sunda Nusantara Rusdi Karepesina

“Setiap hari ada lebih banyak orang yang datang ke sini untuk makan malam dan semua orang bersyukur, karena jika kita tidak punya uang kita bisa datang untuk makan di sini tanpa masalah, saya tidak melihat ada masalah dengan saya sebagai seorang Muslim dan Anda seorang Kristen, tidak sama sekali.”

0 Komentar