Pandemi Corona, Sri Mulyani Prediksi Nilai Tukar Rupiah Lemah bisa tembus Rp 17.500-Rp 20.000

Pandemi Corona, Sri Mulyani Prediksi Nilai Tukar Rupiah Lemah bisa tembus Rp 17.500-Rp 20.000
Foto: Konfrensi Pers bersama Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Dewan Komisaris OJK, dan Kepala Dewan Komisaris LPS terkait Stimulus Ekonomi pada Rabu (01/04) (Youtube Kementerian Keuangan
0 Komentar

JAKARTA-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, nilai tukar rupiah masih akan melemah dari level yang saat ini akibat pandemi corona (Covid-19).  

Dalam skenario berat Sri Mulyani, nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 17.500 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara dalam skenario sangat berat, nilai tukar rupiah bisa menembus level Rp 20.000 per dollar AS. 

“Kemungkinan terburuknya rupiah bisa mencapai 20.000 per dollar AS,” kata Sri Mulyani dalam video conference, Rabu (1/4). Level ini jauh dari target yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yang sebesar Rp 14.400 per dollar AS. 

https://twitter.com/kemenkeuri/status/1245169909815865345?s=21

Baca Juga:Bank Indonesia Bisa Bailout Bank Sistemik Lewat LPS, Ini Paparan Menteri Keuangan39 TKA asal China Masuk ke Bintan Melalui Pelabuhan Bulang Linggi Tanjunguban

Tak hanya nilai tukar, tingkat inflasi tahun ini juga diperkirakan akan meleset dari target. Dalam skenario berat Sri Mulyani, inflasi 2020 akan mencapai 3,9% dan skenario sangat berat inflasi akan tembus 5,1%. 

Skenario berat harga minyak mentah Indonesia (ICP) berada di level US$ 38 per barel dan skenario sangat berat ICP berada di level US$ 31 per dollar AS. 

Adapun pertumbuhan ekonomi tahun ini, diperkirakan mencapai 2,3% dalam skenario berat. Bahkan, bisa turun alias negatif 0,4%, dalam skenario sangat berat akibat pendemi Covid-19. 

Namun demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa ini merupakan skenario terburuk. Pemerintah berkomitmen akan terus menjaga stabilitas makro ekonomi.  “Ini akan diantisipasi agar tidak terjadi,” kata Sri Mulyani.  (*)

0 Komentar