Rocky Gerung Soroti Pemilihan Wali Kota Solo, Otak Kosong Versus Kotak Kosong

Rocky Gerung Soroti Pemilihan Wali Kota Solo, Otak Kosong Versus Kotak Kosong
Rocky Gerung
0 Komentar

JAKARTA – Pengamat Politik Rocky Gerung turut menyoroti Pemilihan Wali Kota Solo yang kemungkinan besar hanya diikuti satu pasangan calon, yakni Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa.

Pasangan ini disebut-sebut hanya akan melawan kotak kosong di Pilwalkot Solo.

Rocky Gerung mengibaratkan Gibran sebagai anak panah. Sedangkan ayahnya, Jokowi sebagai busur panah.

Baca Juga:45 Calon Kepala Daerah dari PDIPManajemen Bantah Kabar Penangkapan Catherine Wilson

Menurut Rocky Gerung, anak panah yang dimaksudkan bisa menjadi anak panah kehidupan, tetapi juga bisa menjadi anak panah kekuasaan.

“Saya enggak tahu Gibran yang hari ini dipercakapkan orang, apakah ayahnya juga memaksudkan dia sebagai anak panah kehidupan atau anak panah kekuasaan,” ujar Rocky Gerung dalam tayangan Youtube Rocky Gerung Official, Selasa (21/7/2020).

Jika melihat kondisi di Pilkada Solo 2020, Rocky Gerung menilai Jokowi menggunakan anak panahnya untuk itu menjadi anak panah kekuasaan. Bentuknya nepotisme.

“Sang ayah menjadikan anak panahnya itu contoh buruk dari nepotisme,” sambung Rocky Gerung.

Rocky menyebutnya sebagai contoh nepotisme yang paling buruk atau bisa dikatakan lebih dari sekadar nepotisme. Bahkan lebih buruk dari rezim Soeharto.

“Dulu Pak Harto angkat Mbak Tutut, kita semua protes waktu itu. Tapi akhirnya kita mengerti karena saat itu sistemnya otoriter. Pak harto kita nilai lebih fair untuk kuasai infrastruktur politik tak ada oposisi,” kata Rocky.

“Kalau dibandingkan, ya lebih otoriter Jokowi sebenarnya. Dalam sistem demokrasi terang benderang, Jokowi bermain di air keruh, mencari keuntungan dari jabatan politik. Sebut saja lebih totaliter dari sistem Orde Baru,” tambah Rocky.

Baca Juga:Menkes Terawan Ganti Istilah ODP, PDP dan OTG Corona, Karni Ilyas: Orang Kampung Saya Semakin BingungPanen Raya Tolok Ukur Kebangkitan Ekonomi Temanggung

Rocky Gerung memahami bahwa majunya Gibran ke Pilkada Solo 2020 merupakan hak otonom setiap individu.

Namun menurutnya, hak tersebut berlaku jika seseorang benar-benar tidak memiliki hubungan atau pengaruh dengan pihak lain di perpolitikan, terlebih orang nomor satu di Indonesia.

“Tentu orang bisa bilang ya itu otonom untuk mencalonkan atau tidak mencalonkan,” kata Rocky Gerung.

“Dia menjadi otonom kalau tidak di dalam spire of influence dari ayahnya yang adalah presiden,” jelasnya.

Rocky menyarankan Jokowi langsung saja melantik Gibran lewat Peppres ketimbang bertarung lewat Pilkada.

0 Komentar