Siapa Pembunuh Jenderal Mallaby?

Siapa Pembunuh Jenderal Mallaby?
Mobil Brigjen Mallaby yang hangus terbakar. (en.wikipedia.org)
0 Komentar

Menurut Sumarsono, Brigjend Mallaby tertembak mati ketika baru keluar dari mobilnya hendak masuk ke gedung Internatio. Soemarsono sendiri membeberkan tiga versi mengurai misteri kematian Brigjend Mallaby tersebut. Pertama, keterangan dari Muhammad Mangundiprojo, salah seorang wakil dari Kontak Biro yang saat kejadian berada di dalam gedung Internatio. Menurutnya, saat itu memang terjadi kontak senjata antara tentara Inggris dari dalam gedung internatio dan pihak pejuang Republik Indonesia dari luar gedung. Tentara Inggris melancarkan tembakan dari jendela-jendela gedung, sedangkan pejuang Indonesia membalasnya dari luar. Namun, ketika Mallaby diketahui tewas, pihak Inggris segera menuding pemuda Indonesia sebagai penembaknya.

Versi kedua datang dari pihak pemuda, yang menuding tewasnya Mallaby disebatkan oleh gencarnya tembakan dari pihak pasukan Inggris sendiri.

Sementara versi ketiga, Sumarsono merujuk ke analisa Greg Poulgrain, dosen sejarah Indonesia di University of the Sunshine Coast, bahwa Brigjend Mallaby sengaja dibunuh pihak sekutu sendiri sebagai dalih untuk melancarkan tuduhan provokatif bahwa pemuda Indonesia-lah yang menembaknya. Dengan begitu, pihak Inggris juga punya dalih untuk menghukum/punishment pemuda Indonesia di Surabaya.

Baca Juga:Kisah Pekik Takbir di Dua KubuSri Mulyani dan Kakak Cak Imin ‘Adu Mulut’ Soal Aliran Dana Desa ke Desa Fiktif

Fakta yang kemudian terjadi adalah nyawa Jendral Mallaby melayang hari itu, Rabu 30 Oktober 1945 sekira pukul 20.30 WIB. Tewas dalam kondisi mengenaskan, karena tidak dapat dikenali. Kematian Mallaby, jendral cemerlang kelahiran Britania Raya, 12 Desember 1899 atau satu bulan lagi merayakan ulangtahunnya yang ke-46 tersebut membuat Inggris marah besar.

Mayor Jenderal E.C. Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Indonesia di Surabaya agar pada tanggal 9 November 1945, paling lambat pukul 18.00 WIB untuk menyerahkan senjata tanpa syarat. Permintaan tersebut dijawab dengan pekik perang dari pemuda, rakyat, ulama dan santri. Kabar segera menyebar ke penjuru Jawa Timur. Keesokan harinya, 10 November 1945 puluhan ribu massa yang bertekad mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan sekutu maupun kembalinya Belanda di Indonesia. (*)

0 Komentar