Sri Mulyani Ungkap Perekonomian Dunia Sudah Resesi, Masuki Potensi Depresi Akibat Corona

Sri Mulyani Ungkap Perekonomian Dunia Sudah Resesi, Masuki Potensi Depresi Akibat Corona
0 Komentar

JAKARTA-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian dunia sudah resesi dan mulai masuk pada potensi depresi akibat pandemi virus corona atau COVID-19 yang tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga sosial.

“Pandemi ini telah mengubah cara hidup kita dan berimplikasi signifikan pada kondisi ekonomi dan sosial. Ekonomi mulai masuk pada resesi, bahkan ada potensi depresi,” kata Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani mengatakan bahwa pandemi corona atau COVID-19 telah menghilangkan progres dari upaya yang dilakukan oleh Pemerintah selama beberapa tahun terakhir, terutama mengenai kemiskinan dan kesejahteraan rakyat.

Baca Juga:Baim Wong Akui Berikan Hadiah Giveaway dari Uang SponsorJokowi Sebut Reshuffle Kabinet, Begini Isi Pidato Lengkapnya

“Indonesia, misalnya, mengalami kemunduran pada pengentasan masyarakat dari kemiskinan sekitar 5 tahun karena pandemi yang berjalan selama 6 bulan,” ujarnya.

Tak hanya itu, Sri Mulyani menuturkan bahwa pandemi ini berdampak pada perekonomian negara secara signifikan yang berarti sumber pendanaan untuk mencapai tujuan akan tertahan.

“Pendapatan dari perpajakan turun karena semua aktivitas ekonomi terkontraksi dan pada saat yang sama kebutuhan untuk kesehatan, jaring pengaman sosial, serta stimulus untuk mengembalikan ekonomi naik cukup dramatis,” katanya.

Terlebih lagi, dia menegaskan bahwa pandemi telah mampu menyerang segmen terbawah, yaitu sektor informal, UMKM, sampai masyarakat miskin sehingga desain pemulihan ekonomi Indonesia menitikberatkan pada kelas bawah.

“Untuk Indonesia, kita melakukan itu. Banyak restrukturisasi yang kita didedikasikan untuk UMKM melalui kebijakan pemerintah, yaitu subsidi dan lainnya. Jadi, mereka bisa bertahan di situasi ini,” ujarnya.

Berkaca dari Indonesia, Sri Mulyani menyatakan bahwa pandemi COVID-19 telah memaksa pemerintah untuk meningkatkan defisit dari 1,7 persen terhadap PDB menjadi 6,3 persen.

“Naik signifikan. Beberapa negara defisit di ruang fiskalnya, bahkan sudah melebihi batas. Akan tetapi, Indonesia beruntung karena punya defisit lebih rendah. Jadi, semua negara menghadapi masalah yang sama,” katanya.

Baca Juga:Majalah Digital Budaya Kuliner Indonesia Beredar di PerancisMasa Pandemi, Kemenparekraf Dorong Potensi Industri “gaming”

Dalam hal ini lembaga multilateral, menurut dia, bisa menjadi penolong dalam pembiayaan dalam rangka penangan dampak COVID-19, khususnya untuk negara berkembang dan berpendapatan rendah.

Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, bantuan pembiayaan dari lembaga multilateral itu belum memadai karena kebutuhan untuk menangani dampak pandemi COVID-19 lebih besar.

0 Komentar