Sementara Protect the Children muncul terutama untuk membela kaum muda, Wong mengatakan ia mencoba memperingatkan para pemrotes untuk tidak memprovokasi polisi.
“Sangat salah jika kita melempar batu, itu sebabnya polisi memukuli mereka,” keluhnya.
“Saya harap polisi tidak akan memukul mereka dan anak-anak tidak akan melemparkan barang-barang lagi.”
Baca Juga:Malindo Air Hadirkan Pilihan Baru untuk Penumpang Kelas BisnisHari Aksara Internasional, Lion Air Care Kenalkan Dunia Penerbangan kepada Anak-Anak
“Semua orang harus tetap damai untuk melindungi nilai-nilai inti Hong Kong.”
Lebih dari 1.100 orang telah ditangkap, mulai dari anak-anak berumur 12 tahun hingga pria yang menjelang 70 tahun. Banyak yang menghadapi tuduhan biang keladi kerusuhan dengan ancaman sepuluh tahun penjara.
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan Alexandra Wong – yang dikenal sebagai “Nenek Wong” – yang menghadiri puluhan protes sambil mengibarkan bendera besar Inggris.
Dia tinggal di Shenzhen, sebuah kota di seberang perbatasan di daratan China.
Dirinya dikenal publik setelah pada pertengahan Agustus muncul dalam video sedang terluka setelah bentrokan dengan polisi di dalam stasiun kereta bawah tanah.
Kakek Wong mengatakan ia mengerti mengapa anak muda merasa mereka tidak punya pilihan selain memprotes.
Dia telah menyaksikan selama beberapa dekade saat China daratan telah tumbuh lebih kaya dan berkuasa sekaligus otoriter.
Baca Juga:Pilkada Serentak 2020: Pilkada Cianjur, KPU Butuh Rp 83 MilyarBJ Habibie Dirawat Intensif Tim Dokter Kepresidenan di RSPAD Gatot Subroto
“Jika Partai Komunis Tiongkok datang ke Hong Kong, Hong Kong akan menjadi Guangzhou,” desah Wong, merujuk pada kota daratan terdekat.
“Pihak berwenang bisa mengurungmu kapan pun mereka mau.”
Protes di Hong Kong dipicu oleh RUU kontroversial yang memungkinkan ekstradisi pelaku kriminal ke China, meningkatkan kekhawatiran atas pengadilan yang tidak adil mengingat beragamnya catatan pelanggaran hak asasi manusia daratan.
Tetapi demo menjadi gerakan yang lebih luas yang menyerukan reformasi demokratis dan akuntabilitas polisi.
Roy Chan, yang mengorganisir kelompok Protect the Children, mengatakan ia menghormati apa yang dilakukan warga lanjut usia tetapi miris karena mengetahui mereka harus ikut serta.
“Seharusnya mereka bisa tenang tinggal di rumah,” katanya.
“Tapi kini mereka ikut “perang” demi melindungi para pemuda.”
Aksi kakek Wong saat demo di Causeway Bay harus berakhir ketika polisi anti huru hara akhirnya mengusir mundur para pedemo.