Argometer jalan terus. Kami terus berjudi. Tapi ia yang menang. Argo menunjukkan Rp 900 ribu.
Hotelnya pun penuh.
“Kembali ke stasiun kereta api saja. Atau ke terminal bus,” kata saya.
Sudah jam 7 malam.
Hujan renyai-renyai.
Langit gelap.
Saya tidak kenal kota ini.
Saya pun diturunkan di stasiun bus. Loket tutup. Tinggal ada satu jurusan. Kota kecil. Satu jam perjalanan dari Swansea. Ke arah lebih jauh.
Baca Juga:Dilanda Karhutla, Jokowi Dinilai Jurnalis Asing Malah Santai NgevlogWaspada! Jajanan Berbahan Kimia di Sekolah, Banyak Ditemukan Zat Pewarna Tekstil
Saya tidak mau lagi berjudi. Saya buka dotcom. Sebelum naik bus saya cari hotel di kota itu –semua full booked juga.
Untung tidak terus berjudi.
Saya pun meninggalkan stanplat bus itu. Naik taksi lagi. Ke stasiun kereta api. Melewati stadion Swansea City. Oh…Ini stadion yang sering ada di tv itu.
Masih ada satu kereta. Jurusan London. Berarti akan melewati Cardiff lagi. Setelah itu baru Bristol.
Saya beli tiket jurusan Bristol. Ini berjudi lagi. Tapi Bristol kota besar. Pasti hotelnya banyak sekali. Saya akan bermalam di Bristol saja. Besoknya bisa balik ke Cardiff. Ketika penonton Speedway sudah meninggalkan kota itu.
Di dalam kereta saya kembali jelajah dotcom. Untuk mencari hotel di Bristol. Hasilnya: 3-0. Semua hotel di Bristol juga penuh.
Kalau begitu untuk apa ke Bristol? Yang jam 10 malam baru tiba di sana? Lalu tidak tahu akan ke mana?
Saya putuskan: turun di stasiun depan. Yang berarti, itu Kota Cardiff. Balik kucing.
Baca Juga:Situs Kemendagri Diretas, Polisi Tunggu Hasil Investigasi ResmiKampus-Kampus Besar Tolak Aksi Gejayan Memanggil
Sama-sama tidak dapat kamar lebih baik balik ke Cardiff. Agar bisa tahu kelanjutan kehebohan setelah balap Speedway.
Sebenarnya ada masjid di Cardiff.
Saya pun ingat masa muda. Kalau tidak dapat pondokan pilih tidur di masjid. Di mana pun.
Tapi ini bukan di Indonesia.
Di Cardiff saya akan pilih tidur di emperan toko. Bisa pakai jaket rangkap dua. Saya lihat beberapa anak muda melakukan itu. Mereka bukan gelandangan. Tidurnya di emperan bacaannya buku tebal.
Malam itu Kota Cardiff sendiri tidak tidur. Pesta di mana-mana. Yang jagonya kalah pun pesta. Apalagi yang menang.