Sepanjang jalan, kami melihat begitu banyak cyclistmenuntun sepeda. Beberapa menyandarkan badan dan sepeda ke pagar pengaman. Rute ini memang bukan tantangan mudah!
Pada akhirnya, kami sampai di puncak. Ramai sekali. Banyak turis. Baik yang naik sepeda, naik motor, maupun naik mobil-mobil dan bus. Jam sudah sekitar pukul 13.00. Padahal kami start sekitar pukul 07.20. Total perjalanan sekitar 5,5 jam!
Saya mengecek Garmin saya. Total gowes time-nya 4 jam dan 35 menit. Total berhenti istirahat dan foto-foto hampir sejam. Dalam 53 km, saya menanjak 2.740 meter. Membakar sekitar 3.000 kalori.
Baca Juga:Sore Ini, Prabowo Subianto Merapat ke IstanaIstana Sebut Bupati Minahasa Selatan Ternyata Batal Bertemu Presiden
John Boemihardjo menanjaknya hampir 3.000 meter. Karena dia sampai puncak duluan, lalu turun lagi 2 km untuk menunggu kami di papan Taroko National Park, lalu ikut naik lagi.
Sebagai pembanding, even menanjak paling kondang di Indonesia, Bromo KOM Challenge, total menanjaknya tak sampai 30 km, menuju ketinggian sekitar 2.000 meter.
Karakter menanjaknya mirip. Tapi Bromo KOM hanya curam di puncak. Sedangkan menuju Wuling jauh lebih panjang, dan belasan persennya tersebar di beberapa tempat.
Begitu sampai puncak Wuling, kami mengusung sepeda naik tangga ke papan penanda ketinggian. Tulisannya “3.275 meter.” Saya bicara dengan John, ini titik tertinggi kedua yang pernah kita capai. Rekor tertinggi kami di puncak Independence Pass di Colorado, Amerika, yang mencapai 3.687 meter di atas permukaan laut.
Setelah itu, kami naik ganti baju dan naik mobil. Turun ke bawah. Sebelum sampai dasar tanjakan, kami berhenti di sebuah restoran terkenal. Suguhan khasnya adalah ayam panggang. Ayamnya besar-besar, dan kami pesan dua ayam utuh untuk berlima (bersama driver).
Puas “hancur” menanjak, puas makan ayam enak.
Lalu pulas tidur di mobil kembali ke Taichung.
Kapan-kapan kembali lagi, mencoba “menu utama” gowes di Taiwan. Yaitu menanjak Wuling dari kedua sisi… (azrul ananda)
Galeri Foto