“Ada laporan dari Kristian Andersen, ahli biologi evolusi di Scripps Research Institute, yang telah menganalisis urutan 2019-nCoV untuk mencoba memperjelas asal muasal virus corona. Dia mengatakan skenario yang masuk akal adalah orang yang terinfeksi membawa virus ke pasar seafood. Jangan dibalik. Bukan seafood sebagai penyebar tetapi manusia,” ungkapnya dalam artikel berjudul Clock and TMRCA based on 27 genomes.
Tidak terjadi secara kebetulan, bertepatan saat acara World Military Games yang diadakan di Cina pada 18-27 Oktober lalu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, dalam pernyataan kerasnya pertengahan Maret lalu, menuding virus corona di Wuhan merupakan kiriman dari militer AS.
https://youtu.be/T8nYOvzwbT0
Spekulasi tentang asal muasal virus COVID-19 terus bermunculan. Bahkan, melansir People’s Daily, ada sejumlah pihak yang menuntut agar pemerintah AS mengungkapkan lebih banyak informasi tentang penutupan laboratorium biologi Angkatan Darat AS yang mungkin terhubung dengan wabah tersebut.
Baca Juga:Kematian Du Wei di Tengah Ketegangan AS-China, Benarkah Adanya Konspirasi?Penyebab Kematian Dubes China untuk Israel di Tel Aviv Masih Misteri
Pada 10 Maret, sebuah petisi diluncurkan di situs Gedung Putih. Petisi itu menuntut pemerintah AS untuk mempublikasikan alasan sebenarnya di balik penutupan Fort Detrick, sebuah laboratorium biologi militer terkemuka, dan untuk mengklarifikasi apakah laboratorium tersebut adalah unit penelitian untuk virus corona “COVID19” baru dan apakah telah terjadi kebocoran virus.
Laboratorium Fort Detrick adalah laboratorium bibit utama Angkatan Darat AS di Fredrick, Maryland. Dulunya Fort Detrick merupakan sebuah bandara kecil di Frederick, Maryland. Namanya diambil dari nama seorang dokter bedah skuadron penerbangan Mayor Frederick L. Detrick yang bertugas di Prancis selama Perang Dunia I. Ia meninggal pada Juni 1931 karena serangan jantung.
Fungsinya pun ditingkatkan sebagai Pusat Pelatihan Pilot Kadet. Pada Maret-September 1942, lapangan terbang ini digunakan untuk menyusun kembali Skuadron Pengeboman ke-2 Angkatan Udara AS. Setelah itu, lapangan terbang tersebut tak lagi digunakan.
Selama Perang Dunia II, kamp Detrick dan USBWL menjadi pusat penelitian perang biologis intensif menggunakan berbagai patogen. Sebanyak 5 ribu bom mengandung spora antraks pun diproduksi di markas ini.