NEW YORK-Perusahaan penelitian independen investasi di New York, Amerika Serikat (AS), CFRA Research, menyebut setidaknya delapan perusahaan farmasi di dunia saat ini bersaing untuk mengembangkan vaksin virus corona. Empat perusahaan berasal dari AS, dua perusahaan dari Inggris, dan dua perusahaan dari Tiongkok.
“Kita memperkirakan usaha pengembangan diintensifkan dalam beberapa minggu ke depan dan lebih banyak perusahaan masuk uji klinis Fase 1, dimana vaksin diuji coba kepada sekelompok kecil sampel manusia sehat dengan dosis moderat,” kata analis ekuitas dalam publikasi CFRA, The Outlook, Sel Hardy, dikutip dari Forbes, Selasa (16/6).
Kedelapan perusahaan itu adalah, pertama, Johnson & Johnson (JNJ) asal AS yang berkolaborasi dengan Beth Israel Deaconess Medical Center yaitu rumah sakit (RS) pendidikan di Harvard Medical School dan Biomedical Advanced Research and Development Authority (BARDA), berada pada uji klinis fase 1.
Baca Juga:Pria Dibekuk Usai Unggah Humor Gus Dur Soal Polisi, Begini Reaksi Putri Gus Dur dan WarganetGunakan Batu Berbalut Kawat Berduri, Tentara India-China Saling Serang
Kedua, Pfizer asal AS/Jerman berkolaborasi dengan BionTech yang sudah masuk uji klinis fase 1. Ketiga, Moderna asal AS berkolaborasi dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) dan Lonza Ltd yang masuk uji klinis fase 2.
Keempat, AstraZeneca PLC (AZN) asal Inggris yang berkolaborasi dengan Universitas Oxford masuk uji klinis fase 2. Kelima, GiaxoSmithKine (GSK) asal Inggris/Prancis berkolaborasi dengan Sanofi masuk uji klinis fase 1.
Keenam, CanSino Biologics asal Tiongkok berkolaborasi dengan Precision Nanosystems yang masuk uji klinis fase 1. Ketujuh, Sinovac asal Tiongkok/AS berkolaborasi dengan Dynavax masuk uji klinis fase 1. Kedelapan, Novavax asal AS yang masuk uji klinis fase 1. (*)