“Karena virus corona baru menyebar melalui kontak langsung dari orang ke orang, aktivitas yang mencakup kontak dekat (kurang dari dua meter) tanpa masker harus dihindari, termasuk menjadi perokok pasif,” ujar Lyou.
Osita Onugha, ahli bedah toraks dan asisten profesor onkologi bedah toraks di John Wayne Cancer Institute, Province Saint John’s Health Center, Santa Monica, California, juga berpendapat sama.
“Masuk akal menganggap asap yang mengandung cairan pernapasan, dapat memicu penularan COVID-19,” ujar Onugha.
Baca Juga:Istri Raja Malaysia Marah, Foto Raja Malaysia Dihina Akun Instagram @bukan_bangjagoIswami Indonesia Desak Polri dan Polis Diraja Malaysia Usut Pemilik Akun Instagram Penghina Raja Malaysia
Selain itu, Onugha menambahkan, ada perbedaan penting antara mengembuskan napas dengan mengeluarkan asap rokok. Orang dapat bernapas saat menggunakan masker.
Sebaliknya, orang tidak dapat mengembuskan asap rokok sambil mengenakan masker. Orang yang merokok harus melepas masker. Karakter ini yang membuat lingkungan berisiko tinggi bagi siapa pun di sekitar perokok selama masa pandemi COVID-19.
Meski tidak ada bukti kuat yang menunjukkan virus corona mampu menyebar lebih jauh melalui asap rokok, Onugha mengatakan tidak ada jarak aman yang dapat direkomendasikan bagi orang yang merokok dan tidak.
Oleh karena itu, Onugha menyarankan mereka yang bukan perokok menjauh dan tetap memakai masker saat bertemu dengan orang yang merokok.
Di sisi lain, merokok juga meningkatkan risiko terinfeksi virus corona bagi mereka yang menjalani kebiasaan ini. Sebab, merokok terbukti memiliki dampak negatif pada kesehatan paru-paru. Selain itu, merokok pun bisa menghambat respons kekebalan tubuh terhadap infeksi, terutama di saluran pernapasan.
Sejumlah bukti epidemiologis yang kuat terkait hubungan rokok dengan peningkatan risiko infeksi paru-paru membuat para ahli mengandaikan bahwa kebiasaan tersebut juga memperbesar risiko infeksi COVID-19, demikian dilansir laman The Union, organisasi yang bergerak dalam kampanye kesehatan paru-paru.
Sementara itu, studi dari Cina menunjukkan, bahwa para perokok pria memiliki risiko lebih besar terinfeksi virus corona daripada perempuan yang merokok.
Baca Juga:Trump Terima Informasi Intelijen, China Tawarkan Uang untuk Menyerang Tentara ASMaklumat Kapolri Dinilai Membelenggu Kebebasan Pers, Ini Tanggapan Polri
World Health Organization (WHO) pun menyatakan bahwa kegiatan merokok dapat meningkatkan kemungkinan penularan virus dari tangan ke mulut.
Hal ini mengingat para perokok secara umum memegang rokok yang dihisap dengan japitan 2 jari. Sedangkan jari-jari tangan kerap memegang benda-benda yang mungkin telah terpapar droplet yang mengandung virus corona.