JAKARTA-Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono menyebut pihaknya telah melakukan analisis sementara terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
KNKT mengumpulkan data radar (ADS-B) dari Perum LPPNPI (Airnav Indonesia). Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki.
Ketika mengalami stall atau malfungsi penerbangan, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 mulai turun. Data terakhir pesawat yang bisa tercatat berhenti pada ketinggian 250 kaki atau sekitar 76 meter.
Baca Juga:Inilah Laporan Badan Geologi Soal Gerakan Tanah Cimanggung, SumedangPakar ITB Ingatkan Potensi Bahaya Longsor Susulan di Sumedang
“Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” kata Soerjanto dalam keterangannya, Selasa, 12 Januari.
Baca: KNKT Duga Sriwijaya Air SJ-182 Tidak Mengalami Ledakan Sebelum Membentur Air
“Ya, mesin betul dalam keadaan hidup. Tapi, kenapa ketinggiannya bisa berubah. Tentu ada banyak faktor. Satu adalah pesawat kan ada kemudinya. Dan, kemudianya kalau di arahkan ke mana saja, bisa ke atas, ke bawah. Kalau di arahkan ke bawah ya ke bawah. Kalau saya buat simpelnya demikian ya,” kata Andi dalam acara Kabar Petang tvOne, pada Kamis, 14 Januari 2021.
Pakar Penerbangan Andi Alisjahbana menyampaikan analisisnya menyangkut dugaan pesawat tersebut jatuh meski mesin dalam kondisi menyala. Ia menyoroti beberapa faktor dugaan Sriwijaya Air yang bisa turun menukik tajam sebelum jatuh ke Perairan Kepulauan Seribu.
https://www.youtube.com/watch?v=KOo0aV_KbvA
Namun, ia menilai ada dugaan faktor lain yaitu kemudi pesawat yang memang sudah tak bisa dikendalikan. Hal ini yang membuat pesawat tak bisa dikemudikan.
“Memang ada juga kemungkinan bahwa pengendalian pesawat memang sudah tidak bisa diarahkan lagi sehingga dia mengarah ke arah yang tidak kita kehendaki,” lanjutnya.
Meski demikian, Ali belum bisa menganalis secara gamblang lantaran belum cukup data sehingga memunculkan spekulasi. Tapi, dengan dugaan Sriwijaya Air SJ-182 seperti itu maka menurutnya mirip dengan peristiwa Adam Air yang jatuh di Perairan Majene.