JAKARTA-Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengingatkan, pemerintah daerah di semua wilayah, termasuk Jawa Barat bagian tengah ke selatan akan potensi bahaya gerakan tanah atau longsor dan banjir bandang.
Baca:
Setiap awal bulan, Badan Geologi sudah mengirimkan peta kawasan rawan bencana kepada seluruh pemerintah daerah di Indonesia. Peta itu sudah dikombinasikan dengan prakiraan curah hujan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Jadi seharusnya sudah diketahui area mana saja yang ada potensi longsor, banjir bandang (kerawanan) tinggi, menengah, atau rendah,” kata Eko dalam konferensi pers daring Capaian Kinerja 2020 dan Rencana Kerja 2021 Badan Geologi, Rabu (20/1/2021).
https://www.youtube.com/watch?v=eszTZsJRmFw
Baca Juga:21 Januari 2021, Inilah Daftar Bencana Geologi di IndonesiaBeredar Rekaman CCTV Skandal Mesum di Ruang Isolasi Covid-19
Bencana hidrometeorologi, ungkap Budi, paling potensial terjadi pada rentang Januari-Februari 2021 ini. “Curah hujan tinggi ini yang mungkin bencana terlihat di depan mata, terutama buat daerah yang secara geologi (tersusun) atas batuan vulkanik dengan pelapukan tinggi, alasnya (batuan) vulkanik kedap air. Diguyur air, meluncur (material tanah) begitu saja apalagi kalau morfologinya curam, ya meluncur begitu saja,” terang Eko.
Sepanjang 2020, Badan Geologi mencatat setidaknya ada 2.099 kejadian gerakan tanah di Indonesia. Sekitar 73% kejadian itu ada di Pulau Jawa. Kejadian gerakan tanah ini menjadi bencana karena mengakibatkan 304 korban meninggal dunia, 7.226 orang mengungsi, serta 6.310 rumah rusak. “Korban jiwa banyak, (kerugian) harta benda juga cukup besar,” tambah Eko.
Menyoal banjir bandang di kawasan Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kasbani memperkirakan terjadi akibat curah hujan tinggi dalam waktu lama disertai kondisi geologi di kawasan tersebut.
“Longsor menyebabkan bendung alami pecah dan terjadi banjir bandang,” imbuh Kasbani.
Sementara Kepala Bidang Gerakan Tanah pada PVMBG, Agus Budianto memaparkan, lokasi banjir bandang di Puncak berada di mulut lembah yang potensial untuk terjadi gerakan tanah dan banjir bandang.
“Daerah-daerah di mulut lembah dengan cekungan besar di atasnya, bukan tata wilayah buat pertumbuhan. Ada batasan alur sungai dan bukaan seperti ini harus ditata ulang untuk beradaptasi dengan kondisi geologi lokalnya,” terang Agus.