Jatuhnya Sriwijaya Air SJ182, Nelayan Rajungan: Kilat ke Arah Air, Dentuman Keras, Puing Berterbangan sama Ombaknya Tinggi

Jatuhnya Sriwijaya Air SJ182, Nelayan Rajungan: Kilat ke Arah Air, Dentuman Keras, Puing Berterbangan sama Ombaknya Tinggi
Puing pesawat Sriwijaya Air SJ-182. (dok. Basarnas)
0 Komentar

JAKARTA – Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak di gugusan Kepulauan Seribu, Utara Jakarta, pada Sabtu 9 Januari siang lalu, diibaratkan menggelegar seperti petir. Bahkan banyak penduduk di sekitar Pulau Lancang yang merasakan getaran hebat dari kejadian naas tersebut.

Adalah Hendrik Mulyadi, seorang nelayan rajungan di sekitar perairan Pulau Lancang-Pulau Laki, Kepulauan Seribu, yang menjadi saksi kunci kejadian jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-82.

Hendrik menceritakan dirinya saat kejadian nahas tersebut berada di lokasi yang diduga kuat menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 itu bersama dua rekannya yang merupakan ABK di kapal pencari rajungannya.

Baca Juga:Temuan Lanjutan, Basarnas: Ada 10 Kantong Berisi Serpihan Pesawat dan 10 Kantong Jenazah Bagian dari Korban Sriwijaya Air SJ-182Dalam Pencarian Korban dan Puing Sriwijaya Air, Tim Yontaifib Marinir TNI AL Temukan KTP Yaman Zai

“Saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan kami bertiga di tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan), tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan sama air (ombaknya) tinggi sekali, untung kapal saya enggak apa-apa,” kata pria 30 tahun itu dikutip dari Antara, Minggu 10 Januari.

Setelah rangkaian kejadian yang berlangsung di bawah dua menit tersebut, Hendrik mengaku dirinya dan dua rekannya tidak bisa melakukan apa-apa selain bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi dan sempat mengira itu adalah bom yang jatuh dan meledak.

Namun anehnya, Hendrik mengaku sesaat sebelum kejadian tidak terdengar suara mesin pesawat sebelum dentuman keras, serta tidak terlihat kobaran api membubung sesaat setelah dentuman keras.

“Suara mesin gak ada. Terus saat kejadian enggak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar,” katanya.

Meski tidak mengalami cedera dan kapalnya tidak mengalami kerusakan, Hendrik mengaku masih terguncang, hingga tidak enak makan dan tidur sampai tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.

Dari informasi yang dihimpun Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu 9 Januari pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.

Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

0 Komentar