Ada Apa Denganmu Zakiah?

Ada Apa Denganmu Zakiah?
Zakiah Aini
0 Komentar

Ada yang menyebut ZA frustasi, ada yang bilang ZA sudah tercuci otaknya oleh kelompok teroris, ada pula yang menyebut ZA memang mau bunuh diri. Ada yang ngejek di media sosial bahwa ZA (mungkin) putus cinta. Ada pula yang menulis ZA salah didik soal agama.

Ada juga yang menyebut ZA kurang kasih sayang dari orang tua. Bahkan sebaliknya, ada yang menduga ZA putus asa melihat kondisi negerinya saat ini. Sekelompok kecil masyarakat, menunjukkan pula rasa simpati dan kasihan; kenapa ZA harus mati ditembak persis di jantungnya.

Namun, dari sekian banyak pendapat, saya lebih cenderung dengan ulasan pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel. Bukan karena namanya pakai “Indragiri”, tapi memang masuk akal saya sebagai seorang wartawan yang berasal dari sebuah kabupaten di Riau yang bernama Indragiri.  

Baca Juga:Bulan Madu ke Dubai, Atta: Alhamdulillah Pak Presiden bisa DatangPercepat Ganti Rugi, Pertamina Data Laporan Warga Terdampak Ledakan Kebakaran Kilang Minyak Balongan

Sebab menurut Reza, ZA pasti punya maksud khusus kenapa dia mendatangi Mabes Polri seorang diri dan melakukan pengancaman. Meskipun senjata yang dia bawa berjenis pistol angin berpeluru plastik atau biji besi.

Menurut Reza, ZA adalah jenis perempuan nekat dan pasti sudah menimbang risiko yang akan diterimanya jika menyerang markas besar polisi. ZA juga sudah membayangkan risiko yang akan dia hadapi di jantung lembaga kepolisian itu.

“Jadi, serangan tersebut sekaligus merupakan aksi terencana untuk bunuh diri,” kata Reza.

Dikatakan Reza, kategori penyerangan terhadap polisi, jika mengacu kepada “the serve and protection act” atau serangan terhadap aparat, termasuk ke dalam “hate crime”.

Artinya, kejahatan berdasarkan kebencian atau tindak pidana yang bermotif prasangka terhadap kekurangan seseorang, ras, agama, organisasi, orientasi seksual dan sebagainya. Jadi, yang dilakukan ZA bukan “terrorism”.

Harus  dibedakan, lanjut Reza, penyebutan hate crime dan terrorism. “Pelaku penembakan yang menyasar polisi tidak serta-merta disikapi sebagai (terduga) teroris. Butuh cermatan spesifik kejadian per kejadian, untuk memprosesnya secara hukum dengan pasal yang tepat sekaligus menangkal kejadian berikutnya secara tepat sasaran,” ujar Reza.

Juga, pada saat melakukan penyerangan ke Mabes Polri, Reza menduga pelaku sudah tahu risiko tidak akan kembali dengan selamat. ZA pasti sudah memikirkan matang-matang konsekuensi penyerangan tersebut. Apalagi belakangan, diketahui ZA menulis surat wasiat untuk keluarganya. Dalam surat wasiat itu, dia meminta maaf dan pamit kepada keluarganya.

0 Komentar