#Dirumahaja, KDRT dan Perceraian Meningkat Selama Pandemi

#Dirumahaja, KDRT dan Perceraian Meningkat Selama Pandemi
Ilustrasi (Antara)
0 Komentar

JAKARTA-Kebijakan pemerintah #dirumahaja untuk membatasi aktivitas masyarakat sebagai pencegahan penyebaran Covid-19, berpotensi memicu konflik keluarga, bahkan KDRT.

Di banyak negara, seiring diberlakukannya karantina wilayah pada masa pandemi bagi jutaan penduduk untuk tetap berada di rumah guna mencegah penyebaran Covid-19, yakni kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian juga mengsalami peningkatan. Bagi sebagian orang, ternyata rumah bukanlah tempat yang aman. Perempuan dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan menjadi korban.

Menurut Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa Hans Kluge, stres dan kecemasan yang ditimbulkan oleh pembatasan kehidupan sosial selama berminggu-minggu telah menjadikan ketidakpastian, pemisahan, dan ketakutan menjadi bagian keseharian banyak orang.

Baca Juga:Gubernur Anies Resmi Terbitkan Pergub Larangan Keluar-Masuk JakartaPresiden Jokowi Tegaskan Belum akan Longgarkan Kebijakan PSBB

”Kehilangan pekerjaan, kekerasan terkait konsumsi alkohol dan obat-obatan meningkat; stres dan ketakutan, warisan pandemi ini, bisa menghantui kita bertahun-tahun,” ujar Kluge.

Kluge menyebutkan banyak negara, seperti Belgia, Bulgaria, Perancis, Irlandia, Rusia, Spanyol, dan Inggris melaporkan kenaikan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai respons atas pandemi Covid-19.

Petugas brigade kepolisian Perancis untuk perlindungan dan penyelamatan Officers of the French berbicara dengan seorang anak, yang dilaporkan telah dipukuli ibunya dan ditemukan bersembunyi di sebuah rumah di Paris, Perancis, 7 Mei 2020.

”Meskipun datanya langka, negara anggota melaporkan kenaikan 60 persen panggilan darurat oleh perempuan yang jadi korban kekerasan oleh pasangan mereka pada April 2020 dibandingkan April 2019,” kata Kluge dalam konferensi secara daring dari Kopenhagen, Denmark, Kamis (7/5/2020).

Di Spanyol, laporan KDRT pada April 2020 meningkat 60 persen dibanding April 2019, sedangkan jika dibandingkan dengan Maret 2020 laporan KDRT juga naik 38 persen. Adapun di Inggris panggilan pada saluran laporan KDRT naik 49 persen di awal April 2020 dibanding April 2019. Di Perancis, laporan KDRT pada Federasi Nasional untuk Solidaritas Perempuan sejak Perancis memberlakukan karantina wilayah naik 2-3 kali lipat.

Pada 6 April 2020, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menulis di Twitter, ”Perdamaian bukan hanya tiadanya perang. Banyak perempuan yang menjalani karantina wilayah untuk mencegah #COVID19 menghadapi kekerasan di tempat yang seharusnya paling aman: di rumah mereka sendiri.”

0 Komentar