Hasil Uji Klinis Vaksin Coronavac Tunjukan Kemampuan Antibodi, BPOM Berikan Izin Penggunaan dalam Kondisi Darurat

Kepala BPOM Penny K. Lukito
Kepala BPOM Penny K. Lukito
0 Komentar

JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac.

Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan bahwa penerbitan EUA dilakukan setelah pihaknya melakukan kajian terhadap uji klinis fase III vaskin Covid-19 Sinovac yang dilakukan di Bandung. Selain itu, BPOM juga mengkaji hasil uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Turki dan Brasil.

Penny menyatakan bahwa vaksin Coronavac telah menunjukkan kemampuan dalam pembentukan antibodi dan kemampuan antibodi di dalam tubuh untuk membunuh atau menetralkan virus atau imunogenisitas.

Baca Juga:Tidak Pernah Meminjamkan KTP, Sarah Beatrice Alomau Namanya Masuk Daftar Manifest Sriwijaya Air SJ182Inilah Robot Cerdas Bawah Laut Diterjunkan Mencari Black Box Milik Sriwijaya Air SJ182

“Hasil uji klinis di Bandung menunjukkan imunogenisitas yang baik,” kata Penny dalam keterangan pers, Senin (11/1/2021).

https://youtu.be/yzMsUeuu9uI

Tingkat kemanjuran atau efikasi vaksin Covid-19 berdasarkan hasil uji klinis di Bandung ialah 65,3 persen.

Berdasarkan data-data tersebut dan mengacu persyaratan kandungan dari WHO dalam pemberian persetujuan EUA untuk vaksin Covid-19, Penny menyatakan bahwa vaksin Coronavac memenuhi persyaratan untuk dapat diberikan persetujuan dalam kondisi darurat.

“Oleh karena itu, pada hari ini, Senin tanggal 11 Januari 2021 BPOM memberikan izin persetujuan penggunaan dalam kondisi darurat atau emergency use authorization untuk vaksin Covid-19 yang pertama kali produksi Sinovac Biotech Inc yang bekerjasama dengan PT Bio Farma,” ujarnya.

Seperti diketahui, selain di Indonesia, proses uji klinis vaksin Sinovac juga dilakukan di Brasil dan Turki yang hasilnya juga turut dikaji oleh BPOM.

Adapun, data mengenai efikasi atau kemanjuran vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Brasil dan Turki memiliki perbedaan. Namun, Penny menyatakan bahwa hasil efikasi dari uji klinis vaksin dari dua negara tersebut tidak bisa dibandingkan.

Hal ini karena adanya perbedaan jumlah subyek, pemilihan populasi subyek, karekteristik subyek, dan kondisi lingkungan masing-masing negara.

Baca Juga:Analisis Penerbangan AS: Sriwijaya Air SJ182 Jatuh Bukan Akibat Cacat DesainJatuhnya Sriwijaya Air SJ182, Nelayan Rajungan: Kilat ke Arah Air, Dentuman Keras, Puing Berterbangan sama Ombaknya Tinggi

“Walaupun ada perbedaan nilai, efikasi, yang terpenting regulasi persyaratan dari WHO adalah lebih dari 50 persen maka efikasi sudah memenuhi syarat,” ujar Penny saat konferensi pers, Jumat (8/1/2021).

Data ini pun, kata Penny, bisa menjadi pertimbangan untuk segera menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA) vaksin Sinovac yang di Indonesia.

0 Komentar