Imbas Pandemi Corona, Puluhan Ribu UMKM Bangkrut

Imbas Pandemi Corona, Puluhan Ribu UMKM Bangkrut
Suasana konveksi di Kelurahan Pamoyanan, Cianjur, sepi dari aktivitas karena sebagian besar karyawanya terpaksa dirumahkan karena terdampak COVID-19. Foto: Ahmad Fikri/Antara
1 Komentar

CIANJUR-Puluhan ribu Usaha Mikro Kecil Menenggah (UMKM) di Cianjur, Jawa Barat, terpaksa gulung tikar dan merumahkan ratusan ribu karyawannya karena terdampak wabah COVID-19.

Sebagian besar UMKM ini merupakan bidang usaha konveksi dan kerajinan tangan. 

Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Cianjur, Tohari Sastra mengatakan, hingga saat ini di Cianjur, terdapat 24 ribu UMKM yang bergerak di berbagai bidang yang didominasi jasa konveksi.

Baca Juga:Demi Keamanan, Kemhan Larang Pegawainya Gunakan Aplikasi Zoom3 Jenis Minuman Ini Sebaiknya Jangan Dikomsumsi Saat Sahur

“Sejak merebaknya COVID-19, 10 ribu UMKM bidang konveksi dan kerajinan tangan yang banyak terdampak. Puluhan ribu pengusaha tersebut terpaksa merumahkan pegawainya tanpa dapat memberikan jaminan karena minimnya pesanan sejak Corona mulai merebak,” katanya, Kamis (23/4). 

Sedangkan sisanya yang masih bertahan terpaksa beralih mengerjakan orderan yang didapat dari bidang lain, sebagai upaya untuk tetap bertahan karena karyawan tidak dapat dirumahkan tanpa jaminan terutama menjelang puasa dan hari raya. 

Hingga saat ini, tutur dia, pihaknya terus mendata UMKM yang terdampak dan masih bertahan serta terus melakukan pemantauan guna dilaporkan ke Pemkab Cianjur dan Provinsi Jawa Barat untuk mendapatkan bantuan karena termasuk dalam kategori terdampak COVID-19.

“Sesuai dengan petunjuk dari pemprov dan pusat, UMKM yang terdampak akan mendapat bantuan. Sehingga kami terus melakukan pendataan agar mereka yang terdampak mendapat bantuan selama dirumahkan karena sebagian besar dirumahkan tanpa jaminan,” katanya. 

Sementara, Beni Rustandi (40) pengusaha jasa konveksi di Kecamatan Cianjur, mengatakan sudah merumahkan 35 orang karyawannya sejak satu bulan yang lalu karena beberapa pekerjaan yang didapat dari Jakarta diputus dengan perjanjian.

Pihaknya sempat berharap mendapat pekerjaan dari pemerintah daerah untuk membuat Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker dan jas APD selama penanganan COVID-19, namun hingga saat ini tidak kunjung datang, sehingga puluhan karyawan di rumahkan tanpa jaminan.

“Kami sangat terpaksa merumahkan 35 orang karayawan karena tidak tahu lagi harus berbuat apa akibat sepinya pesanan yang biasanya menjelang puasa hingga satu pekan menjelang lebaran terpaksa kami tolak,” katanya. (antara/jpnn)

1 Komentar