Ini Pengakuan Pasien Corona, Bunyi Paru-Paru Seperti Keran Dibuka Setengah

Ini Pengakuan Pasien Corona, Bunyi Paru-Paru Seperti Keran Dibuka Setengah
lustrasi pasien yang diduga terinfeksi virus "corona". ( Foto: Antara medis membawa seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) terduga COVID-19 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan, Sumatera Utara, Rabu (18/3/2020). Saat ini pihak rumah sakit telah mengisolasi 10 orang PDP terduga COVID-19 dan tiga orang PDP telah dinyatakan negatif/sudah dipulangkan. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/foc.
0 Komentar

TIMIKA-Kabupaten Mimika menjadi daerah dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di Provinsi Papua. Hingga 10 Mei 2020 tercatat 97 warga terinfeksi virus corona, dimana 17 pasien sudah sembuh. Pasien sembuh atau sehat jika dua kali sampel usap tenggorokannya yang diperiksa Laboratorium Balitbangkes Provinsi Papua di Jayapura dengan menggunakan PCR tidak lagi mengandung Covid-19 alias negatif.

SPP merupakan salah satu dari 17 pasien yang dinyatakan sembuh di Mimika. Pada 27 April SPP bersama empat pasien lainnya di RSUD Mimika dinyatakan sembuh. Di hari yang sama satu pasien di RS Tembagapura juga dinyatakan sembuh. Hingga kini dia mengaku tidak tahu persis dimana terjangkit wabah yang jadi pandemi global itu.

Dihubungi melalui telefon selulernya, Minggu (10/5/2020), SPP bercerita dirinya bersama sang suami, RDL, tiba kembali di Timika pada 11 Maret 2020 dengan Garuda Indonesia dari Makassar.Saat itu SPP dan RDL yang merupakan seorang tokoh agama sempat melakukan perjalanan tiga hari ke Surabaya untuk sebuah kegiatan keagamaan. Saat pulang Timika, mereka transit di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.

Baca Juga:Mantan Panglima TNI Djoko Santoso Meninggal Dunia, Dimakamkan di San Diego HillsSeskab: Perpres Nomor 60 Tahun 2020 Murni Soal Tata Ruang Jabodetabek-Punjur

SPP berkisah saat di Surabaya, dia dan suami berencana hendak ke Pulau Penang, Malaysia. Suaminya dijadwalkan kontrol kesehatan jantung di RS Adventis Penang. “Tiket sudah di tangan, tapi rencana itu batal karena Malaysia sudah memberlakukan lockdown untuk menghentikan penularan virus corona jenis baru,” tutur SPP.

Setiba di Timika, SPP dan suami menjalani hidup secara normal. Suaminya yang menjadi Ketua Fasilitator Jaringan Doa se-Timika, seperti biasanya sibuk mengurus berbagai kegiatan keagamaan. Bahkan, setiap Sabtu pagi, RDL selalu mengumpulkan para tokoh agama (biasa disebut Hamba Tuhan) dari setiap denominasi gereja untuk berdoa bagi keselamatan warga dan Kota Timika dari berbagai bencana.

“Jauh sebelum kasus corona sampai di Timika, kami di gereja selalu berdoa dan puasa. Bahkan, saat sudah ada dua orang di Timika yang positif, kami tetap berdoa puasa untuk meminta pertolongan Tuhan agar wabah corona ini tidak masuk sampai di Timika. Bapak setelah kembali ke Timika tetap berdoa terus, tapi kami sudah mengatur jarak duduk dan tidak lagi bersalaman,” cerita SPP.

0 Komentar