Jokowi Marah: Pacul, Masa Masih Impor?

Jokowi Marah: Pacul, Masa Masih Impor?
MENCANGKUL SENDIRI: Presiden Joko Widodosaat turun langsung dan ikut menanam pohon bersama dengan sekitar 5.500 warga di Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Senin (28/11/2016). ■ FOTO: KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
0 Komentar

JAKARTA-Presiden Joko Widodo merasa geram karena Indonesia masih mengimpor pacul [cangkul]. Padahal, industri dalam negeri sudah bisa memroduksi pacul.

“Pak Roni dan Menteri Bappenas ini coba dibuat strategi mendesain industri-industri usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di negara kita, misalnya urusan pacul, cangkul, masa masih impor?” kata Presiden Jokowi dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 2019 di Jakarta, Rabu (6/10/2019).

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengatakan dengan industri yang terus berkembang, Indonesia sudah seharusnya tidak perlu mengimpor pacul.

Baca Juga:Pelemahan Ekonomi Global, Jokowi Minta Perbankan Berhati-hatiJokowi Ungkap Saat Dapat Peringatan Khusus Direktur Pelaksana IMF

“Apakah tidak bisa didesain industri UMKM kita supaya ‘kamu buat pacul, tahun depan saya beli’. Ini puluhan ribu cangkul, pacul dibutuhkan masih impor, apakah negara kita sebesar ini, industrinya berkembang, apa benar pacul harus impor? Ini tolong didesain, ini baru satu barang, barang lain masih ribuan,” ungkap Presiden.

Dengan barang-barang sederhana yang masih diimpor, Jokowi menyebut akan menguntungkan negara asalnya. Hal itu tentu saja merugikan Indonesia, karena bisa menyebabkan defisit neraca perdagangan.

“Enak banget itu negara yang dimana barang itu kita impor. Kita masih defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan tapi impor yang seperti itu. Padahal kita sambil tidur bisa buat pacul,” ungkap Presiden.

Presiden menilai praktik tersebut terus terjadi karena cangkul impor jauh lebih murah dibanding cangkul produksi dalam negeri.

“Impor enak banget, karena harga murah, artinya yang mengimpor untung lebih gede tapi lapangan kerja jadi hilang. Pengadaan barang dan jasa larinya harus bisa menciptakan lapangan kerja dan industri kecil sehingga petakan mana yang bisa diproduksi di dalam negeri secara utuh mana yang dirakit di sini dan mana yang impor. Ini harus dicek, kalau yang impor stabilo merah saja enggak usah,” kata Presiden disambut tepuk tangan peserta rapat.

Presiden pun menilai meski neraca perdagangan Indonesia defisit tapi kementerian/lembaga masih hobi melakukan impor.

“Lah bagaimana kita masih senang impor padahal neraca perdagangan kita defisit, tapi kita hobi impor, kebangetan banget, uangnya milik pemerintah lagi, kebangetan kalau itu masih diterus-teruskan kebangetan,” ungkap Presiden.

0 Komentar