Kabar Duka: Kakak Aktivis Soe Hok Gie Sosiolog Arief Budiman Meninggal Dunia, Selamat Jalan Kawan

Kabar Duka: Kakak Aktivis Soe Hok Gie Sosiolog Arief Budiman Meninggal Dunia, Selamat Jalan Kawan
0 Komentar

“Boedi…Lu masih ingat karangan kakak gue tentang cowboy yang basmi bandit-bandit di suatu kota? Setelah tugasnya selesai dia pergi begitu saja, tanpa minta balas jasa…Gue mau agar mahasiswa-mahasiswa sekarang juga bermoral seperti cowboy itu…” tulis Soe Hok Gie seperti dikutip Stanley Adi Prasetyo dalam Soe Hok Gie, Sekali Lagi: Buku, Pesta, dan Cinta di Alam Bangsanyasuntingan Rudy Badil, Luki Sutrisno Bekti, dan Nessy Luntungan R.

Sebaliknya, Arief juga tampaknya banyak terinspirasi oleh Soe Hok Gie. Berbagai keputusannya saat menjadi oposisi buat Orde Baru seolah meneruskan apa yang dulu sering mereka diskusikan. Arief paham jalan yang Soe Hok Gie ambil adalah (seolah) jalan penuh kesunyian. Setidaknya itu dirasakan Arief ketika suatu hari Soe Hok Gie memperlihatkan surat dari Ben Anderson, seorang sobatnya dari Amerika Serikat.

“Gie, seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian. Selalu…” demikian tulis Ben.

Baca Juga:Najwa Shihab Jelaskan Duduk Perkara Soal Pulang Kampung vs Mudik JokowiSimak Pengertian Mudik dan Pulang Kampung Beda Menurut KBBI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Arief menyimpulkan Soe Hok Gie sudah siap menghadapi apa yang diingatkan Ben. Dia memang tidak keliru. Ketika menulis surat kepada Riandi (salah seorang sahabatnya) pada 10 Oktober 1967, Soe Hok Gie seolah menegaskan kesiapannya itu.

“Mochtar Lubis bilang pada saya bahwa kalau seorang memilih jalan jujur, hidupnya akan berat sekali. Dia akan kesepian, dijauhi kawan dan dibenci banyak orang. Mungkin sampai kita mati, kita akan terus seperti ini. Beranikah kita berdiri sendiri? Kalau kita berani, majulah menuju dataran yang sepi dan kering. Tetapi di sana ada kejujuran…Kadang saya takut sekali. Tetapi selama saya bisa mengatasi ketakutan itu, saya akan maju terus. Sampai akhirnya saya patah…”

Arief pada akhirnya mengambil jalan yang sama dengan Soe Hok Gie. Dia seolah telah menempati suatu “wilayah” yang pernah ditunjukan sang adik dalam sebuah puisi yang ditulisnya, Kepada Pejuang-Pejuang Lama:

Tempat kita, petualang-petualang masa depan dan pemberontak-pemberontak rakyat

Di sana…

Di tengah rakyat, membina kapal-kapal baru untuk tempuh gelombang baru…

0 Komentar