Maria Butina ‘Agen Rusia’ Parodi Keadilan

Maria Butina 'Agen Rusia' Parodi Keadilan
Agen Rusia yang dinyatakan bersalah Maria Butina dikawal oleh agen federal setelah pembebasannya dari penjara Florida, saat pemindahannya ke pesawat tujuan Moskow di Bandara Internasional Miami di Miami, Florida, Amerika Serikat, Jumat (25/10/2019). (AFP)
0 Komentar

NAMA Maria Butina bersinonim dengan aktivis pro-senjata api. Sedangkan di sisi lain, ia adalah warga biasa yang mencoba peruntungan di luar negeri. Namun, bagi pemerintah AS, Butina punya posisi istimewa: ia adalah agen rahasia Rusia yang melakukan aksi ilegal dan punya andil dalam geger politik Pemilu 2016 AS yang dimenangkan oleh Donald Trump.

Pertengahan Juli lalu, Butina diciduk aparat AS. Pihak Pengadilan Distrik Federal, mengutip CNNmendakwanya dengan tuduhan berkomplot dengan pemerintah Rusia untuk memengaruhi politik AS menjelang Pemilu 2016.

Intelijen papan atas Rusia bergerak dengan meretas email petinggi Partai Demokrat macam Hillary Clinton dan mempropagandakan Donald Trump. Tapi Butina tidak. Ia merayap dari bawah, dalam senyap, memengaruhi Partai Republikan, dan membangun jaringan rahasia bersama partai mereka untuk menggolkan misi Rusia.

Baca Juga:Imaji XinjiangCuaca Ekstrem, BMKG Imbau Warga Jawa Barat

Menurut keterangan jaksa, keterlibatan Butina bermula sejak 2014. Ia datang ke Amerika Serikat dengan visa pelajar untuk berkuliah pasca-sarjana di American University, Washington D.C. Namun, visa pelajar tersebut rupanya cuma dalih agar ia bisa melaksanakan kerja-kerja rahasianya dalam waktu yang lama.

Butina membidik jajaran politikus papan atas Republikan. Caranya? Menggunakan seks. Dari situ, Butina lantas menyetir para politikus Republikan sesuai kepentingan Rusia. Ia mengatur pertemuan dua kubu di Moskow, New York, dan Washington D.C.

Pada saat bersamaan, Butina juga menggunakan para politikus ini untuk menjalin koneksi dengan kelompok-kelompok seperti National Rifle Association (NRA) serta National Prayer Breakfast. Dua-duanya lekat dengan kubu konservatif dan Republikan.

Salah satu target Butina ialah Paul Erikson, politikus konservatif asal South Dakota. Butina mengaku bahwa ia dan Erikson—yang selisih usianya hampir 20 tahun—adalah pasangan. Beberapa foto yang beredar memperlihatkan kedekatan keduanya.

Namun, pengadilan menilai Erikson, lulusan Universitas Yale dan mantan anggota tim sukses Ronald Reagan, masuk perangkap Butina. Jaksa menegaskan bahwa relasi yang dibangun Butina terhadap Erikson cuma “bagian dari aktivitas rahasianya.” Pengadilan pun menuduh Erikson telah berjasa “membangun jalur komunikasi antara Kremlin dan Republikan.”

0 Komentar