Mati di Parit

Mati di Parit
0 Komentar

Di situ ada juga grup band. Pemainnya orang-orang tua. Salah satu pembungkus alat musiknya dibuka. Untuk tempat orang melempar uang receh ke dalamnya. Di tengah keramaian itu ada juga yang bete. Satu orang. Wanita. Pakaiannya seksi. Payudaranya menonjol. Roknya pendek. Duduknya sembrono.

Ia terus mengutik HP-nya. Seperti gelisah. Ia seperti begitu sepi di tengah keramaian. Seperti menanti seseorang yang tidak jadi datang. Atau telat. Ya, sudah. Masih untung ada HP.

Soal demo politik itu hanya tempatnya saja yang di Newcastle. Sedang topiknya mengenai apa yang lagi terjadi di London. Khususnya kejadian di hari Jumat kemarin. Yang dramatis itu. Begitu banyak pembelotan di kubu perdana menteri Boris Johnson. Termasuk adik kandungnya sendiri –Jo Johnson.

Baca Juga:Saat Jurnalis Kenang Serangan Tragis 9/11Sepekan BJ Habibie Dirawat di RSPAD Gatot Subroto

Hari Jumat itu parlemen memutuskan: Brexit harus terjadi dengan kesepakatan. Artinya harus ada dokumen kesepakatan yang ditandatangani antara Inggris dan Uni Eropa. Inggris harus berunding mengenai kesepakatan itu. Sampai 19 Oktober bulan depan. Kalau sampai tanggal itu belum ada kesepakatan, Inggris harus minta pengunduran batas waktu lagi.

Putusan parlemen itu tinggal menunggu pengesahan Ratu. Jadwal pengesahannya Senin hari ini. Ratu tidak pernah tidak mengesahkan apa pun yang diputuskan parlemen. Maka di Jumat keramat kemarin semua rencana Boris Johnson kandas. Pun kartu trufnya tidak laku. Tantangannya untuk pemilu dadakan tidak relevan lagi.

Boris Johnson begitu tersudut. Pilihannya tinggal empat: menabrak hukum, menggertak Eropa, mengemis pengunduran deadline atau –ini yang paling mudah– mengundurkan diri. Tapi Boris tetap Johnson. Ia ngotot. Tanggal 31 Oktober nanti Inggris harus keluar dari Uni Eropa. Dengan atau tanpa deal. “Saya tidak mungkin ngemis-ngemis perpanjangan ke Brussel,” katanya. Brussel, Belgia, adalah ibu kota Uni Eropa. Kemudian, inilah ucapan Johnson yang sangat terkenal di Inggris sekarang: “Lebih baik saya mati di parit”.

Johnson berpendapat amanat rakyat Inggris harus dipenuhi: keluar dari Uni Eropa. Amanat itu sudah berumur tiga tahun. Pelaksanaannya mundur terus. Terbentur belum adanya kesepakatan itu. Terutama soal pengaturan perbatasan di Irlandia.

0 Komentar