Saat Jurnalis Kenang Serangan Tragis 9/11

Saat Jurnalis Kenang Serangan Tragis 9/11
Menara kedua World Trade Center di New York terbakar hebat setelah ditabrak oleh sebuah pesawat bajakan tanggal 11 September 2001. (Foto: Reuters/Sara K. Schwittek)
0 Komentar

WASHINGTON-Terdapat sebuah kenangan akan keindahan di samping kengerian yang menandai serangan tragis 11 September 2001. Badai telah melanda Timur Laut Amerika Serikat sehari sebelumnya, sehingga selanjutnya menimbulkan fenomena meteorologi langka di pagi itu yang dikenal sebagai “cuaca yang sangat cerah (severe clear).”

Di bukunya yang bertajuk “The Only Plane in the Sky: The Oral History of 9/11” dan baru akan terbit tanggal 10 September 2019 nanti, Garrett Graff menulis tentang “langit cerah tanpa awan yang menimbulkan kesan abadi pada semua orang yang menyaksikan apa yang terjadi di jam-jam berikutnya.” Graff mengutip orang-orang yang menggambarkan langit di atas New York dan Washington. “Biru yang cantik,” kata seorang petugas polisi Virginia. “Biru tua,” kata seorang staf Capitol Hill. “Sangat, sangat biru,” kata seorang koki di Manhattan. Beberapa orang lain mengingat langit cerah di atas kepala mereka sebagai “biru kobalt,” “biru cerulean,” dan “yang terbiru dari warna biru,” dan “yang Anda harap bisa dimasukkan ke dalam botol.”

Lebih dari 64 bab bukunya yang terbagi dengan baik, Graff, mantan editor di Politico, memberi kita “kisah-kisah mereka yang hidup dan mengalami 9/11, di mana mereka sedang berada saat itu, apa yang mereka ingat, dan bagaimana kehidupan mereka berubah.” Diambil dari ratusan wawancaranya sendiri dan dari pelaporan para jurnalis dan sejarawan lainnya, hasilnya luar biasa. Kurasi Graff atas kisah-kisah tersebut adalah hadiah yang tak ternilai untuk rakyat. Lagi pula, seperti yang diperhatikan Graff, musim gugur 2019 “akan menandai masuknya generasi pertama yang lahir setelah serangan 9/11 ke perguruan tinggi.”

Baca Juga:Sepekan BJ Habibie Dirawat di RSPAD Gatot SubrotoWaspada, Potensi Megathrust Intai Sulteng

Mereka adalah generasi baru yang “hampir tidak ingat hari itu sendiri.” Misi Graff adalah menawarkan kepada anak-anak muda Amerika yang belum pernah terluka itu sebuah buku yang akan mengajarkan mereka tentang apa yang terjadi pada serangan 9/11. Buku tersebut bebas dari pengaruh penyuntingan, ideologi, dan jeritan penuh duka. Alih-alih, buku Graff memberikan kita gambaran dan kesan yang menyedihkan, serta akibat yang ditimbulkannya.

Halaman demi halaman, para pembaca akan menemukan kata-kata yang mengejutkan atau membuat mereka marah, patah hati, atau mual. Mohamed Atta terlambat di Portland International Jetport di Maine untuk penerbangannya ke Boston, di mana ia akan menaiki American Airlines Penerbangan 11, pesawat yang ditabrakkannya ke Menara Utara World Trade Center di New York. Mike Tuohey, agen tiket di Portland, mengingat bahwa ia saat itu mengatakan dengan sopan santun profesional yang biasa: “Atta, jika Anda tidak pergi sekarang, Anda akan ketinggalan pesawat.” Semua orang yang membaca kisah ini akan bertanya apa jadinya jika Atta ketinggalan pesawat.

0 Komentar