Mati di Parit

Mati di Parit
0 Komentar

SABTU-MINGGU kemarin saya di Newcastle. Kota yang paling menyenangkan di Inggris. Apalagi udara siangnya 16 derajat. Sejuk sekali. Yang panas hanya di Intu Eldon Square. Di bundaran sekitar patung itu. Di pusat perbelanjaan dan jalan-jalan itu.

Itu pun hanya panas politik. Ada demo di situ: anti Brexit. Saya duduk bersila di lantai. Mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan. Toh tidak mungkin belanja. Di Newcastle anti-Brexit memang menang. Di referendum tiga tahun lalu. Menang tipis. ‘Remain’ menang 1 persen. Tapi di kota-kota kecil sekitarnya Brexitlah yang menang. Misalnya di Sunderland dan Middlesbrough.

Tidak ada bus langsung dari Leicester ke Newcastle. Kereta pun harus transit. Saya putuskan naik bus saja. Ya, sudah. Harus ganti bus di kota Leeds. Daripada naik kereta yang harus ganti kereta di Sheffield. Dan lagi karcis kereta empat kali lebih mahal. Meski, memang, dua kali lebih cepat.Kali ini saya tidak kesusu. Naik bus lima jam pun gak apa-apa. Bisa lewat kota lain seperti Nottingham. Tanah pertanian sepanjang perjalanan lagi kosong. Seperti habis panen gandum. Jeraminya masih belum diangkut.

Baca Juga:Saat Jurnalis Kenang Serangan Tragis 9/11Sepekan BJ Habibie Dirawat di RSPAD Gatot Subroto

Di tanah pertanian Amerika jerami seperti itu dibentuk dalam gulungan-gulungan. Di Inggris lebih banyak dalam bentuk kubus. Entah mana yang lebih efisien.

Di bundaran tadi, di pusat kota Newcastle itu, tidak hanya ada demo anti-Brexit. Ada juga kampanye anti-daging. Sasarannya pemakan daging. Tema demonya menarik: kebakaran besar di hutan Amazon sekarang ini menyebabnya satu –lantaran manusia memakan daging.

Apa hubungannya?

Mereka punya bukti: perburuan daging di Amazon tinggi.

Dan lagi orang yang makan daging itu badannya panas. Membuat orang penuh nafsu. Rakus. Hutan pun harus dirusak. Untung sudah dua tahun lebih saya tidak lagi makan daging. Jadinya saya setuju dengan demo itu.

Dan memang, hanya saya sendiri yang tertarik melihat demo anti daging ini.

Di bundaran itu ada pula kios Islam. Yang menjaga kios itu orang-orang keturunan Pakistan. Mereka tidak aktif. Sifatnya hanya melayani kalau ada orang yang datang ke kios itu. Mereka hanya pasang tulisan: bertanyalah tentang Islam di sini.

0 Komentar