Tahun Duka

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
0 Komentar

Kapan FAA mengizinkan Boeing 737 MAX 8 terbang?

“Kami tidak bisa menetapkan waktunya. Keselamatan adalah yang utama,” begitu keterangan resmi badan otoritas penerbangan Amerika itu.

Dengan sikap FAA seperti itu Boeing akhirnya bikin keputusan. Minggu lalu. Bahwa mulai Januari depan jenis pesawat itu tidak diproduksi lagi.

Sang CEO lantas meletakkan jabatan.

Belum ada penjelasan akan diapakan yang sudah telanjur jadi. Atau yang sudah dikirim itu.

Baca Juga:Beredar Foto Mahfud MD dan Bocah Pengancam Jokowi, Iwan Sumule: Pantes Nggak DitangkapJeritan Keluarga Korban, Genosida Muslim Uighur China

Itulah hasil puncak persaingan pasar bebas. Antara Boeing Amerika dan Airbus Perancis.

Selama ini Boeing-lah pemenangnya.

B 737 adalah gacoan Boeing. B 737 ibarat gadis cantik yang seksi.

B 737 hampir selalu sukses. Sejak seri 200.

Kian sukses lagi di seri 300.

Disusul sukses berikutnya: seri 800. Yang ujung sayapnya melengkung ke atas itu.

Lalu seri 900. Yang banyak dibeli Lion Air itu.

Boeing masih terus sukses di seri berikutnya: 900NG (Next Generation). Lion juga punya banyak seri ini.

Yang kurang sukses hanya seri 400 yang agak besar dan seri 500 yang agak pendek.

Pokoknya, untuk pesawat ukuran 3 kursi di barisan kiri dan 3 kursi di barisan kanan Boeing 737 adalah rajanya.

Jenis pesawat ini begitu efisiennya. Kapasitasnya dianggap paling ideal: sekitar 190 penumpang. Jarak tempuhnya bisa lebih 3.000 km.

Pesawat yang lebih kecil dari ini lama-lama hilang. Seperti Fokker 28 sampai Fokker 100. Bahkan Bombardier regional juga gagal.

Baca Juga:Hari Natal, 3 Kereta Api Tertahan Gara-gara 1 Truk Melintang di Jalur KASoal Lokasi Budi Daya Benih Lobster di Pantai Selatan, Susi Pudjiastuti Sentil Ridwan Kamil

Jenis pesawat yang ukurannya sedikit lebih besar dari itu juga dimakan B 737. Termasuk memakan produk Boeing sendiri. Seperti 757 dan 767.

Kalau mau menghindari bersaing dengan B 737 sekalian yang besar. Seperti Boeing 777. Yang juga sukses besar. Yang juga memakan pasar ukuran yang lebih besar –seperti Boeing 747. Bahkan Airbus yang bikin sejarah dengan A 380 tidak tahan. Airbus sudah memutuskan untuk menghentikan produksi A 380 –yang amat saya banggakan itu.

Boleh dikata Airbus kalah di semua segmen. Boeing-lah raja dunia.

Kuncinya adalah efisiensi. Terutama dalam penggunaan bahan bakar. Di era BBM mahal, energi adalah tuhan di segala bisnis.

Ternyata, pun raja bukan tidak bisa kalah.

Akhirnya Airbus menemukan cara menghemat BBM itu. Lebih hemat dari B 737 seri apapun.

0 Komentar