Tak Efektif, ICW: Kartu Prakerja Tak Untungkan Peserta, Hanya Pemborosan Anggaran

Tak Efektif, ICW: Kartu Prakerja Tak Untungkan Peserta, Hanya Pemborosan Anggaran
Petugas mendampingi warga yang melakukan pendaftaran calon peserta Kartu Prakerja di LTSA-UPT P2TK di Surabaya, Jawa Timur, Senin (13/4/2020). ICW menilai pelaksanaan Kartu Prakerja sebagai pemborosan anggaran (Antara Foto/ Moch Asim/WSJ)
0 Komentar

JAKARTA-Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai pelaksanaan Kartu Prakerja tidak efektif dan efisien dari sisi anggaran. Terlebih, pemerintah telah menaikkan anggaran program Kartu Prakerja dua kali lipat menjadi sekitar Rp 20 triliun.

“Pelatihan Prakerja secara webinar tidak efektif dan efisien dari sisi anggaran. Dalam pelaksanaannya, kenaikan anggaran program Kartu Prakerja sebesar 100 persen dari Rp 10 triliun menjadi Rp 20 triliun,” kata Peneliti ICW Almas Sjafrina, dalam diskusi “Catatan Kritis Kartu Pra Kerja: Kebijakan di Tengah Pandemi Covid-19”, di Jakarta, Senin (27/4/2020)

Menurutnya, pelaksanaan program Kartu Prakerja yang dikemas dalam bentuk pelatihan online merupakan salah satu bentuk pemborosan anggaran pemerintah. Padahal di sisi lain, Indonesia memerlukan alokasi anggaran yang cukup besar untuk penanganan Covid-19.

Baca Juga:Hasil Studi: Virus Corona Bisa Menempel di Partikel Polusi UdaraJelajah Religi ke Istana Siak Sri Indrapura di Riau

“Sebaiknya anggaran bisa disalurkan ke dalam bantuan penanganan Covid-19. Jangan malah terkesan pemerintah menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak bisa diukur,” ucapnya.

Menurutnya, dalam pelaksanaan pelatihan online di program Kartu Prakerja lebih menguntungkan berbagai lembaga penyedia pelatihan ketimbang para pesertanya. Alasannya, berbagai lembaga pelatihan itu mendapat keuntungan per peserta yang mengikuti sesi webinar secara daring (online).

“Padahal, lembaga penyedia pelatihan tersebut bisa saja hanya membuat satu webinar untuk satu jenis pelatihan. Ini yang sudah ditunjukkan di dalam konten-konten latihan online di jejaring sosial seperti Youtube,” ungkapnya.

Pegiat pendidikan dan pelatihan, Eka Simanjuntak, menjelaskan, pembelajaran dan pelatihan online itu dua hal yang sangat berbeda. Berbeda dengan pembelajaran, konsep pelatihan belum ada yang bisa menunjukkan berhasil jika dilakukan secara online.

“Berbeda dengan pembelajaran online seperti pembelajaran online universitas, SMU, dan lain-lain. Persoalannya tidak hanya konten, tetapi delivery-nya yang menarik. Pelatihan ada aspek praktek, bagaimana ini dilakukan secara online,” kata Eka.

Saat ini, di dalam platform jejaring sosial yang ada, pada umumnya juga berbentuk pembelajaran, bulan pelatihan. Kecuali untuk hal-hal yang bersifat umum.

Dirinya mencontohkan, bagaimana pelatihan instalasi kelistrikan dipelajari secara online dan tanpa melalui praktek. Selain itu juga ada banyak masalah lain jika konsep pelatihan dilakukan secara online.

0 Komentar