Terusir Speedway

Terusir Speedway
0 Komentar

Empat hari kerja, tiga hari pesta.

Jumat malam saya tiba di Cardiff, Wales. Sudah jam 23.30. Pinggir jalan di depan hotel penuh manusia. Anak muda.

Mereka antre memanjang. Mengular. Entah berapa ratus meter. Polisi banyak di jalan itu. Lalu-lintas ditutup –kecuali taksi.

“Ada apa ini? ” tanya saya pada polisi.

“Diskotek,” ujar polisi. Sambil menunjuk lampu-lampu redup di dekat pintu masuk.

Baca Juga:Diretas, Situs Kemendagri Berubah TampilanBeredar Video Maklumat 18 Muharram, Aceh Merdeka Muncul Lagi

Udara tengah malam ini dingin –bagi saya. Atau sejuk –untuk ukuran mereka. Terbukti dari pakaian mereka –yang hehe sembrono. Terutama yang wanita.

Bagi yang tidak tahu Cardiff –seperti saya– tidak menyangka kalau ada diskotek di situ. Bahkan berjajar tiga.

Tidak ada pemandangan hingar-bingar dari luar. Tidak terdengar dentum disko dari jalan raya. Tidak ada kerlip-kerlip lampu di luarnya.

Pesta itu di dalam.

Dimulai jam 00.00

Antrenya sejak jam 23.30.

Saya pilih masuk hotel. Tidur. Hotel ini terlalu mahal untuk tidak ditiduri. Itu pun hanya malam ini. Besoknya sudah harus terusir. Belum tahu akan dapat hotel di mana. Semua hotel penuh. Pun sudah dengan harga empat kali lipatnya.

Rupanya lagi ada perhelatan besar di Cardiff. Itu di luar pengetahuan saya –jenis perhelatan apa itu.

“Speedway,” ujar petugas hotel.

Speedway?

Terserahlah apa pun itu. Saya harus tidur.

Besok pagi saya bisa jalan kaki cari sarapan sambil cari tahu.

Tapi pagi-pagi saya harus olahraga dulu digym. Tidak ada senam DI’s Way di Cardiff.

Baca Juga:Densus 88 Tangkap Terduga Teroris Jaringan JADMasih Rusuh, Demonstrasi di Wamena Dilaporkan Belum Terkendali

Jam 8 saya baru bisa cari sarapan. Masih terlalu pagi untuk ukuran orang Cardiff.

Saya menyusuri trotoar. Kok sudah ramai. Banyak orang antre pula. Panjang.

Saya ikut antre. Entah untuk apa. Tapi wanita tua di sebelah saya baik hati. Justru dia yang lebih dulu bertanya.

“Anda tahu ini antre untuk apa?“

“Tidak tahu”.

“Saya sudah duga,” katanya pada suaminya. Umur mereka kira-kira hampir 70 tahun.

“Ini antre apa?” tanya saya.

“Beli buku. Untuk mendapat tanda tangan pembalapnya,” kata wanita itu.

“Hah? Pembalap? Balapan apa?”

“Speedway,” katanya.

0 Komentar