Trump Tarik Amerika Keluar dari Perjanjian ‘Mata-Mata’ Open Skies

Trump Tarik Amerika Keluar dari Perjanjian 'Mata-Mata' Open Skies
Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pembukaan KTT G20 tanggal 7 Juli 2017 di Hamburg, Jerman. (Foto: Getty Images/BPA/Steffen Kugler)
0 Komentar

JAKARTA-Pengumuman Washington pada 21 Mei bahwa mereka secara sepihak menarik diri dari Perjanjian Langit Terbuka (Open Skies) telah dikecam secara tepat sebagai kesalahan langkah keamanan nasional yang tidak bertanggung jawab.

Meskipun ada substansi pada klaim AS bahwa Rusia telah berulang kali melanggar komitmennya di bawah perjanjian tersebut (yang telah ditandatangani oleh 35 negara dan memungkinkan mereka untuk melakukan penerbangan mata-mata tanpa senjata di wilayah satu sama lain sebagai ukuran pembangunan kepercayaan), keputusan untuk menjauh darinya ketika lingkungan keamanan global memburuk adalah contoh lain dari kebijakan luar negeri yang merusak stabilitas, dan pada akhirnya menghancurkan pemerintahan AS saat ini.

Connor Dilleen, regulator privasi Australia menyampaikan pendapatnya di The Strategist bahwa dorongan utama dari alasan Washington untuk menarik diri tampaknya adalah karena Rusia telah melanggar kewajiban perjanjiannya dengan menolak hak penerbangan oleh AS di lokasi-lokasi tertentu.

Baca Juga:Beredar Isu ‘Sayonara The Jakarta Post’, Pemimpin Redaksi: Tetap Terbit, Benahi Perusahaan Menuju Era DigitalGubernur: Jangan Mencari Kerja di Banten

AS juga berpendapat, Rusia menggunakan citra yang didapat dari penerbangan untuk mendukung doktrin Rusia baru yang agresif mengenai penargetan infrastruktur kritis di Amerika Serikat dan Eropa, dengan amunisi konvensional yang dipandu dengan presisi. Rusia, karenanya, telah mempersenjatai perjanjian tersebut dengan menjadikannya sebagai alat intimidasi dan ancaman.

Penarikan AS juga sulit dipahami karena mereka jelas akan dirugikan oleh keputusan tersebut. Rusia akan diizinkan untuk melanjutkan penerbangan pengamatan di pangkalan militer AS di Eropa, asalkan Moskow tetap menjadi pihak dalam perjanjian.

Namun ini hanyalah contoh terbaru dari Gedung Putih mengambil jalan yang tampaknya bertentangan tidak hanya dengan kepentingan keamanan jangka panjang AS, tetapi juga dengan tujuan upaya pengendalian senjata internasional.

Pada 2018, Presiden AS Donald Trump menyampaikan ancamannya untuk menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) yang mengekang program nuklir Iran, yang telah berhasil mengurangi upaya pengayaan Teheran dan memberi masyarakat internasional dengan visibilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kegiatan nuklir Iran. Pada saat itu, Trump mengatakan bahwa AS akan bekerja untuk menemukan ‘solusi nyata, komprehensif, dan tahan lama untuk ancaman nuklir Iran’.

0 Komentar