JAKARTA-Laporan media mengatakan Presiden Amerika Donald Trump baru-baru ini menerima informasi intelijen bahwa China menawarkan uang kepada aktor non-negara di Afghanistan untuk menyerang tentara Amerika. Laporan itu belum dikonfirmasi.
Menurut laporan Axios, informasi intelijen itu masuk dalam pengarahan presiden pada 17 Desember, dan Trump secara lisan diberi pengarahan tentang masalah itu oleh Penasihat Keamanan Nasional Robert O’Brien.”
https://twitter.com/axios/status/1344414311540637696?s=20
Pejabat-pejabat Amerika dilaporkan sedang menggali lebih jauh temuan intelijen itu, yang kemungkinan akan memicu ketegangan antara Amerika dan China.
Baca Juga:Maklumat Kapolri Dinilai Membelenggu Kebebasan Pers, Ini Tanggapan PolriDrone Bawah Air Diduga Milik China, Media Asing: Benda Tersebut Digunakan untuk Operasi Rahasia
Dalam konferensi pers rutin, melansir laporan ABC News, Jumat (1/1), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menanggapi tuduhan itu. Ia mengatakan, “Ini hanya berita bohong untuk mencemarkan nama baik China.”
https://twitter.com/ABC6/status/1344841541047754753?s=20
Ia menambahkan tuduhan itu untuk “mencemari citra China” dan merusak hubungan antara kedua negara. “Kami tidak pernah memulai perang dengan pihak lain, apalagi membayar aktor non-negara untuk menyerang negara lain,” tegas Wang.
Ia menyatakan bahwa China tidak terlibat konflik internal di Afghanistan dan menegaskan kembali dukungan China untuk proses perdamaian dan rekonsiliasi yang diprakarsai Amerika yang sedang berlangsung. Proses itu adalah upaya mengakhiri perang 20 tahun Amerika di negara Asia Selatan itu.
Belum diketahui apakah Presiden terpilih Joe Biden juga telah diberi pengarahan tentang informasi intelijen itu.
Hubungan Amerika-China belakangan ini tegang antara lain karena perdagangan dan kekayaan intelektual. Amerika juga sangat kritis terhadap pelanggaran HAM yang diduga dilakukan China terhadap minoritas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang barat.
China membantah tuduhan bahwa mereka merampas hak-hak komunitas Muslim, dan menyatakan tuduhan itu adalah bagian dari propaganda Barat untuk memfitnah China. (*)