JAKARTA-Defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) terus melebar. Sampai akhir November 2019, defisit APBN sudah mencapai sebesar Rp 369 triliun.
Jumlah tersebut, setara dengan 2,29 persen terhadap Produk Do mestik Bruto (PDB) dan sudah melampaui target tahun ini yang dipatok 1,84 persen dari PDB.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut, defisit ini disebabkan pertumbuhan penerimaan yang lebih rendah dari laju pertumbuhan belanja negara. Hal ini juga masih dipengaruhi pelemahan ekonomi global.
Baca Juga:Kapolda Metro Jaya Naik Jadi WakapolriHakim Dominasi Jajaran Elit KPK Periode 2019-2023
“Akan terjadi pelebaran defisit anggaran dari target awal yang sebesar 1,84 persen dari PDB. Jumlah defisit tahun ini juga diperkirakan akan melebihi defisit tahun lalu,” kata Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, kemarin.
Bendahara Negara memaparkan, pelebaran defisit terjadi kare na kondisi global yang diliputi ke tidakpastian. Terutama faktor har ga komoditas ekspor andalan seperti batu bara dan minyak sa wit (CPO) yang cenderung rendah sepanjang tahun.
Diterangkannya, lebih rinci, dari sektor pendapatan, hingga akhir November 2019 tercatat sebesar Rp 1.677 triliun atau setara dengan 77,5 persen dari target yang tercantum dalam APBN.
Capaian ini masih kurang sekitar Rp 479 triliun lagi dari target APBN 2019 yang sebesar Rp 2.156 triliun. Wanita yang akrab disapa Ani itu menjelaskan, realisasi pendapatan negara tersebut, hanya tumbuh tipis 0,9 persen (year on year/yoy).
“Salah satu penyebabnya adalah penerimaan perpajakan yang loyo. Sampai akhir November baru mencapai Rp 1312.4 triliun dari target Rp 1.786,4 triliun. Artinya, dalam sebelas bulan terakhir capaian penerimaan perpajakan baru mencapai 73,5 persen,” ujarnya.
Meski begitu, Ani menilai, capaian ini termasuk positif, karena penerimaan berhasil tumbuh di tengah tekanan eksternal pada perekonomian domestik.
Adapun untuk realisasi belanja negara hingga 30 November 2019 tercatat mencapai Rp 2.046 triliun atau 83,1 persen dari target APBN.
Baca Juga:Jelang Pelantikan 5 Pimpinan KPK, Rohadi Minta Tindak Lanjuti Kasus yang Menjeratnya dan Memanggil Karel TuppuApakah Media Sosial Mendikte Kerja Jurnalisme?
Angka tersebut, tumbuh 5,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 1.942,6 triliun. Ani menyebut, realisasi belanja ini tidak menggembirakan.
Pertama, karena belanja pegawai yang tercatat masih tinggi, mencapai Rp 223,8 triliun atau 99,7 persen. Selain itu, pengeluaran cukup besar juga pada belanja barang. Pada Januari-November 2019 belanja barang tercatat Rp 258,8 triliun atau 78 persen dari target.