KLIKSATU.COM-Wicaksono Dwi Nugroho dari tim Arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menemukan dugaan lokasi tenggelam Kapal Van der Wijck di sekitar perairan Brondong Lamongan. Kapal Belanda itu melegenda melalui novel karangan Buya Hamka berjudul Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
Kapal legendaris ini tenggelam pada tahun 1936, diduga kapal ini karam di sekitar wilayah tersebut. Tim BPCB menyatakan penemuan ini akan terus menjadi kajian untuk dapat ditemukan bukti konkretnya berdasarkan ilmu pengetahuan.
Survei sendiri telah dilakukan di titik lokasi tenggelam kapal sejak Juni 2021. Beberapa foto-foto, dan video telah didapatkan, namun melihat kondisi perairan Lamongan yang cukup keruh, survei akan terus dilakukan hingga Oktober ini.
Baca Juga:Beijing Kerahkan Kapal Patroli Maritim Raksasa Haixun 09 di Laut China SelatanKontroversi Putra Mahkota Arab Saudi Dituding Mantan Pejabat Intelijen Saudi Bunuh Raja Abdullah
“Memang ada kapal karam di titik yang kita duga Van der Wijck, dari foto-foto dan video yang kami dapatkan. Namun, masih terus proses, dan melakukan identifikasi perlahan-lahan. Jadi, kami terus cocokkan bagian-bagian dengan gambar dari Kapal Van der Wijck,” ungkap Wicaksono, melalui paparan dari CNN Indonesia, Minggu (24/10/2021).
Dilanjutkan oleh Wicaksono, saat ini Tim BPCB Jatim, telah masuk dalam tahapan identifikasi apakah kapal karam yang ditemukan tersebut merupakan bangkai Kapal Van der Wijck yang telah dikonfirmasi nelayan setempat. Bagian kapal yang tampak adalah buritan kapal, cerobong uap, tiang pancang, dan tangga.
Penyelam juga melihat peti-peti muatan yang ada bagian belakang bangkai kapal tersebut. Identifikasi terus dilakukan guna pembuktian lebih konkret, dan untuk tercapainya tujuan tersebut perlu terus dilakukan eksplorasi.
“Identifikasi terus dilakukan guna pembuktian lebih konkret, dan untuk tercapainya tujuan tersebut, perlu terus dilakukan eksplorasi. Sebab, ada banyak properti,” katanya.
Kapal tersebut disebut memiliki beberapa barang berharga yang bisa dijadikan koleksi museum. Sementara itu masyarakat sekitar wilayah itu disebutkan tidak berani menjarah, karena dianggap keramat.
Karena itu, Wicaksono berharap bisa mendapat izin dari pemerintah setempat untuk melakukan eksplorasi. Pasalnya akan banyak cerita yang akan terungkap tentang tenggelamnya “Titanic Indonesia” pada 1936 ini.
“Itu bagian dari sejarah yang daerah lain tidak punya,” tambahnya.