Bagaimana ‘Jakarta’ Menjadi Kata Kunci untuk Pembunuhan Massal yang Didukung Amerika Serikat

Bagaimana 'Jakarta' Menjadi Kata Kunci untuk Pembunuhan Massal yang Didukung Amerika Serikat
Monumen Pancasila Sakti, sebuah peringatan terhadap tujuh perwira militer yang tewas dalam sebuah kudeta yang gagal pada tahun 1965 bahwa militer menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi dalangnya, dan kemudian menyebabkan pembersihan anti-komunis pada 1965-1966. (Foto: Rappler/Famega Syavira)
0 Komentar

Dua minggu kemudian, Gedung Putih memberi wewenang kepada stasiun CIA di Bangkok untuk menyediakan senjata kecil bagi kontak militernya di Jawa Tengah “untuk digunakan melawan PKI,” di samping pasokan medis yang akan datang dari stasiun CIA di Bangkok.

Pada Januari 1966, Senator Bobby Kennedy berkata, “Kami telah berbicara menentang pembantaian yang tidak manusiawi yang dilakukan oleh Nazi dan Komunis. Namun apakah kita juga akan berbicara menentang pembantaian yang tidak manusiawi di Indonesia, di mana lebih dari 100.000 orang yang diduga Komunis bukan pelaku tetapi korban?”

Dia dengan liar meremehkan jumlah orang yang mati, tapi setidaknya dia mengatakan sesuatu. Tidak ada politisi terkemuka AS yang mengecam pembantaian itu.

Baca Juga:Final Coppa Italia 17 JuniLiga Besar Eropa Siap Bergulir Kembali

Pada 13 April 1966, C.L. Sulzberger menulis artikel, salah satu dari banyak dalam genre ini, dengan judul “When a Nation Runs Amok” untuk The New York Times. Seperti yang dijelaskan Sulzberger, pembunuhan itu terjadi di “Asia yang kejam, di mana nyawa sangat murah.”

Dia mereproduksi kebohongan anggota Partai Komunis telah membunuh para jenderal pada 1 Oktober, dan wanita Gerwani menebas dan menyiksa mereka.

Namun, tidak ada alasan untuk percaya kekerasan massal 1965-1966 berakar pada budaya asli. Tidak ada yang memiliki bukti pembunuhan massal semacam ini terjadi dalam sejarah Indonesia, kecuali ketika orang asing terlibat, tulis Vincent Bevins.

Secara total, diperkirakan antara lima ratus ribu hingga satu juta orang dibantai, dan satu juta lainnya digiring ke kamp-kamp konsentrasi. Jutaan orang lagi adalah korban tidak langsung dari pembantaian itu, tetapi tidak ada yang datang untuk menanyakan berapa banyak orang yang mereka cintai yang telah hilang.

Sikap diam mereka adalah inti dari kekerasan tersebut. Angkatan Bersenjata tidak mengawasi pemusnahan setiap komunis, tersangka komunis, dan simpatisan komunis potensial di negara ini. Itu hampir mustahil, karena sekitar seperempat negara itu berafiliasi dengan PKI.

Begitu pembunuhan itu terjadi, menjadi sangat sulit untuk menemukan siapa pun yang mau mengakui hubungan apa pun dengan PKI.

0 Komentar