Bagaimana ‘Jakarta’ Menjadi Kata Kunci untuk Pembunuhan Massal yang Didukung Amerika Serikat

Bagaimana 'Jakarta' Menjadi Kata Kunci untuk Pembunuhan Massal yang Didukung Amerika Serikat
Monumen Pancasila Sakti, sebuah peringatan terhadap tujuh perwira militer yang tewas dalam sebuah kudeta yang gagal pada tahun 1965 bahwa militer menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi dalangnya, dan kemudian menyebabkan pembersihan anti-komunis pada 1965-1966. (Foto: Rappler/Famega Syavira)
0 Komentar

Pers Barat melakukan bagiannya juga. Voice of America, BBC, dan Radio Australia menyiarkan laporan yang menekankan poin propaganda militer Indonesia, sebagai bagian dari kampanye perang psikologis untuk menjelekkan PKI.

Versi bahasa Indonesia dari siaran ini juga menjangkau ke dalam negeri, dan orang Indonesia ingat berpikir kredibilitas narasi Suharto lebih dapat dipercaya karena mereka mendengar outlet internasional yang dihormati mengatakan hal yang sama.

Setiap bagian dari kisah yang diceritakan Tentara Indonesia adalah dusta, tutur Vincent Bevins. Tidak ada wanita Gerwani yang ikut serta dalam pembunuhan pada 1 Oktober. Kisah yang disebarkan oleh Suharto ini menyentuh beberapa ketakutan dan prasangka tergelap yang dimiliki oleh orang Indonesia, dan bahkan pria pada umumnya, di seluruh dunia.

Baca Juga:Final Coppa Italia 17 JuniLiga Besar Eropa Siap Bergulir Kembali

Surat kabar Angkatan Darat Angkatan Bersendjata menerbitkan kartun seorang pria yang mengukir batang pohon dengan kapak. Di pohon tertulis “G30S”, dan akarnya mengeja “PKI”. Keterangan tertulis: “Basmi mereka sampai ke akarnya.” Namun secara internal, Tentara Indonesia memiliki nama yang berbeda. TNI menyebutnya Operasi Penumpasan.

Sementara itu, Magdalena hampir tidak memperhatikan ada sedikit kekacauan politik di awal Oktober di ibu kota. Dia tentu saja tidak tahu banyak hal di Jawa Tengah, tempat dia dibesarkan, jauh lebih buruk daripada di Jakarta.

https://twitter.com/Vinncent/status/1263985511540105217?s=20

Neneknya jatuh sakit, jadi dia mendapat cuti dari pekerjaannya di pabrik kaus. Pada 19 Oktober, dia naik kereta ke desanya untuk mengunjungi neneknya. Masalah kesehatan telah menjangkiti keluarganya sepanjang hidupnya.

Pada saat dia tiba, neneknya sudah meninggal. Rencananya adalah untuk menghadiri pemakaman dan menghabiskan satu minggu, mungkin dua minggu, berduka dengan keluarga, kemudian kembali bekerja di Jakarta. Dia pergi tidur di rumah masa kecilnya di Purwokerto.

Hari berikutnya, di Washington, Departemen Luar Negeri AS menerima kabel lain dari Green. Dia melaporkan PKI telah menderita “beberapa kerusakan pada kekuatan organisasinya melalui penangkapan, pelecehan dan, dalam beberapa kasus, eksekusi kader PKI.”

0 Komentar